TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. telah merampingkan jajaran komisaris dan direksinya pada Rabu, 24 April 2019. Perampingan tersebut diumumkan dalam rapat umum pemegang saham tahunan atau RUPST.
Baca: Adik Chairul Tanjung Tolak Laporan Keuangan Garuda Indonesia
Satu dari jajaran komisaris yang dicoret dalam posisi atap perseroan adalah Dony Oskaria. Ia adalah tangan kanan Chairul Tanjung di PT Trans Airways. Pencopotan Dony ini, menurut Deputi Jasa Keuangan, Survei, dan Konsultasi Kementerian BUMN Gatot Trihargo berlatar alasan optimalisasi komisaris.
“Komisarisnya kan perlu dioptimalkan,” ujar Gatot seusai RUPST di Hotel Pullman, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada hari RUPST berlangsung.
Menurut Gatot, perampingan komisaris di perusahaan pelat merah itu wajar dilakukan. Sebab, komisaris dari jajaran pemerintah juga terdampak perampingan. Wakil pemerintah di perseroan, kata dia, saat ini hanya tersisa dua orang pasca-perampingan.
Adapun Dony mengatakan pemberhentiannya disebabkan oleh masa kerja yang telah 5 tahun. “Sudah habis masanya,” ujarnya kala ditemui di tempat yang sama.
Komisaris Garuda Indonesia lainnya, Chairal Tanjung, yang berasal dari perseroan yang sama dengan Dony, enggan mengomentari soal nasib keberlangsungan hubungan perusahaannya dengan Garuda Indonesia. Kala ditanya soal kemungkinan PT Trans Airways akan “exit” dari saham perusahaan, Chairal menolak menjawab jelas.
“Tanya bos besar. Itu bukan wewenang saya,” ujarnya. Bos besar yang dimaksud ialah Chairul Tanjung, kakak Chairal. Chairul Tanjung alias CT merupakan pemilik CT Corp, perusahaan induk yang menaungi Trans Airways.
Chairal juga menjelaskan saat ini hubungan perusahaannya dengan Garuda Indonesi tak bermasalah. “Secara bisnis Garuda oke dengan Q1 (pembukuan kuartal I) baik,” ucapnya.
Selain Dony, Garuda Indonesia memberhentikan tiga nama komisaris lawas. Mereka adalah Agus Santoso sebagai Komisaris Utama, Dony Oskaria, Muzaffar Ismail, dan Luky Alfirman sebagai Dewan Komisaris.
Baca: Laporan Keuangan Garuda Indonesia Disebut Tidak Sesuai Standar
Garuda Indonesia lalu mengangkat dua nama segar untuk mengisi kekosongan. Di antaranya Eddy Porwanto Poo sebagai Komisaris Independen dan Sahala Lumban Gaol sebagai Komisaris Utama. Dengan posisi baru ini, Garuda Indonesia kini hanya memiliki lima komisaris setelah sebelumnya pada posisi yang sama diisi tujuh orang.