TEMPO.CO, Jakarta - Bank BTN membukukan kinerja cemerlang sepanjang kuartal I 2019. Hingga 31 Maret 2019, Bank BTN membukukan laba bersih Rp 723 miliar.
Baca: Akusisi Anak Usaha PMN, BTN Kucurkan Dana Rp 114,3 Miliar
Menurut Direktur Utama Bank BTN Maryono, laba bersih perseroan didukung oleh pendapatan bunga. Bank BTN mencatat pertumbuhan kredit mendorong kenaikan aset perseroan sebesar 16,47 persen yoy dari Rp 258,73 triliun pada triwulan l 2018 menjadi Rp 301,34 triliun.
"Nilai aset tersebut masih mengukuhkan predikat Bank BTN sebagai bank dengan aset terbesar kelima di Indonesia," kata Maryono di Menara BTN, Jakarta, Selasa, 23 April 2019.
Penyaluran kredit juga mendukung peroleh Bank BTN yang naik 21,69 persen yoy dan Rp 5,27 triliun menjadi Rp 6,42 triliun per akhir maret 2019.
Dia mengatakan perseroan konsisten menggelar berbagai aksi strategis kemitraan dan promosi agar ekspansif menyalurkan kredit. Dia mengatakan meski tetap fokus dalam bisnis inti perseroan di bidang pembiayaan perumahan, BTN terus memacu akselerasi kredit di sektor non-perumahan.
Sementara itu, di tengah kondisi likuiditas secara nasional yang tumbuh terbatas, Bank BTN tetap mampu mencatatkan kinerja positif penghimpunan dana masyarakat. Per 31 Maret 2019, dana pihak ketiga atau DPK yang dihimpun BBTN mencapai Rp 215,82 triliun atau naik 10,98 persen yoy dari Rp 194,48 triliun di periode yang sama tahun lalu.
Menurut Maryono, pertumbuhan dana pihak ketiga berada di atas rata-rata kenaikan DPK di industri perbankan nasional. Adapun Bl merekam DPK perbankan nasional hanya naik sebesar 5,8 persen yoy pada Februari 2019.
"Kami akan terus berfokus menghimpun dana masyarakat untuk menopang ekspansi kredit. Penghimpunan dana tersebut juga difokuskan pada peningkatan berbagai produk tabungan dengan cost of fund yang rendah," kata Maryono.
Di lini bisnis syariah, kata Maryono, Bank BTN juga tetap mengalami pertumbuhan positif. Per kuartal l/2019, Unit Usaha Syariah (UUS) Bank BTN mencatatkan akselerasi positif pada penyaluran pembiayaan dan penghimpunan DPK yang naik masing-masing sebesar 19,33 persen yoy menjadi Rp 22,43 triliun dan 15,72 persen yoy menjadi Rp 21,66 triliun.