TEMPO.CO, Jakarta - Survei Perbankan Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan kredit bakal naik di kuartal kedua melampaui pencapaian di kuartal pertama tahun ini.
Baca: BI: Pertumbuhan Kredit Baru Melambat pada Triwulan I 2019
Dalam surveinya yang dikutip pada hari Jumat lalu, pertumbuhan kredit kuartalan (q to q) itu terlihat dari saldo bersih tertimbang (SBT) permintaan kredit baru di kuartal kedua sebesar 98,6 persen. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan dengan SBT pada kuartal pertama yang mencapai 50 persen.
Responden suvei menyampaikan prakiraan peningkatan pertumbuhan kredit pada kuartal genap ini didorong oleh sejumlah faktor. Beberapa faktor itu adalah pertumbuhan kondisi ekonomi yang menguat, risiko penyaluran kredit yang rendah, rasio kecukupan modal yang meningkat serta likuiditas yang cukup.
Adapun prioritas utama dalam penyaluran kredit baru kuartal II/2019 adalah kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi. Secara khusus untuk kredit konsumsi, prioritas utama adalah kredit pemilikan rumah/apartemen, diikuti kredit multiguna, dan kredit kendaraan bermotor.
Sejalan dengan proyeksi ekspansi kredit baru, kebijakan penyaluran kredit pada kuartal ini juga diperkirakan akan lebih longgar yang tampak dari indeks lending standard (ILS) sebesar 12,4 persen. Angka itu lebih rendah dibandingkan dengan Januari – Maret 13,6 persen.
Pelonggaran standar penyaluran kredit terutama pada segmen konsumsi (KPR/KPA, dan lain-lain). Sementara itu, untuk kredit investasi diperkirakan lebih ketat daripada kuartal sebelumnya.
Sementara aspek kebijakan kredit yang diperlonggar adalah biaya persetujuan kredit dan jangka waktu kredit. Di sisi lain, aspek lain seperti suku bunga kredit dan agunan justru akan lebih ketat.
Sejalan dengan proyeksi pertumbuhan kredit baru, penghimpunan dana masyarakat juga diperkirakan ikut tumbuh. SBT untuk dana pihak ketiga (DPK) sebesar 95,4 persen lebih tinggi dibandingkan dengan periode Januari – Maret 2019 sebesar 53,1 persen. Sementara kenaikan pertumbuhan DPK diproyeksikan terjadi pada jenis instrumen giro dan tabungan, sementara untuk deposito diperkirakan justru melambat.
Adapun untuk rata-rata biaya yang dikeluarkan bank atas dana nasabah (cost of fund) dalam rupiah diperkirakan tetap di level 6,02 persen. Sedangkan biaya dana yang dioperasionalkan oleh perbankan untuk memperoleh pendapatan (cost of loanable) dalam rupiah diperkirakan naik 7 bps menjadi 9,45 persen.
Sejalan dengan kenaikan suku bunga dana, rata-rata suku bunga kredit Rupiah juga mengalami peningkatan, terutama pada kredit konsumsi dan modal kerja, masing-masing diperkirakan naik 6 bps dan 1 bps menjadi 12,91 persen dan 11,38 persen. Sementara itu suku bunga kredit investasi diproyeksikan turun 4 bps.
Pada jenis kredit konsumsi, kenaikan suku bunga terjadi pada kredit kendaraan bermotor dan kartu kredit masing-masing 3 bps dan 1 bps, sedangkan suku bunga KPR/KPA serta multiguna diperkirakan turun.
Baca: BI Optimistis Relaksasi RIM Bakal Dorong Kredit Tumbuh Agresif
Untuk proyeksi pertumbuhan sepanjang tahun, rata-rata responden dalam survei tersebut memperkirakan kredit 2019 tumbuh 11,6 persen (yoY), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pada 2018 sebesar 12,1 persen. Perkirakan kinerja penyaluran kredit tersebut didukung optimisme akan penguatan pertumbuhan ekonomi serta relatif rendahnya risiko penyaluran kredit pada tahun ini.
BISNIS