TEMPO.CO, Jakarta - Pemilu 2019 yang berjalan kondusif memberikan sentimen positif dan mendongkrak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. Kenaikan IHSG ini terdorong oleh sentimen pemilu yang berjalan aman dan damai.
Baca: Usai Pilpres 2019, Rupiah Diperkirakan Menguat ke Rp 13.950
Menurut Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee, faktor positif itu didukung oleh tidak adanya penolakan secara anarkis dari dua kubu, baik Joko Widodo - Ma'ruf Amin, maupun Prabowo Subianto - Sandiaga Uno setelah pengumuman hitung cepat dari beberapa lembaga survei dirilis.
"IHSG menguat, bisa bertahan beberapa hari setelah ini tergantung dana asing. Kalau masuk, maka IHSG lanjut naik," ujar Hans dalam pesan singkat kepada Tempo, Kamis, 18 April 2019. Ia menambahkan, pasar masih akan positif karena saat ini memasuki musim pembagian deviden dan laporan keuangan kuartal I.
Hans mengatakan ada beberapa saham pilihan pada hari ini menyusul hasil tersebut yakni saham sektor konstruksi, infrastruktur, perbankan, Badan Usaha Milik Negara, dan semen. "Sentimen pembangunan infrastruktur, misalnya WIKA, WSKT, PTPP, WTON, JSMR, BMRI, BBRI, BBNI, dan SMGR" ujar dia.
IHSG pada pagi hari ini dibuka menguat di level 6568,845. Angka tersebut lebih tinggi ketimbang penutupan sebelumnya yang berada di level 6481,542. Adapun pada pukul 11.16 WIB, IHSG berada di level 6527,254.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira memprediksi Indonesia bakal kebanjiran modal asing pasca rampungnya Pemilihan Umum 2019. "Tonenya optimistis," ujar dia dalam pesan singkat kepada Tempo, Kamis, 18 April 2019.
Baca juga: IHSG Ditutup Menguat Sehari Menjelang Pilpres 2019
Ia mengatakan optimisme itu disebabkan oleh berjalannya Pemilihan Presiden kemarin secara kondusif dan aman. Dengan lancarnya ajang pesta demokrasi itu, Bhima yakin para investor akan melihat Indonesia sebagai negara yang dewasa berdemokrasi.
Belum lagi, stabilitas ekonomi selama masa pemilu juga terjaga dengan cukup baik. Beberapa indikator, antara lain adalah rupiah yang terjaga di Rp 14.000, indeks harga saham gabungan meningkat positif, adanya surplus perdagangan, serta inflasi yang rendah. "Ini memberi optimisme," ujar Bhima.
CAESAR AKBAR