TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution meyakini investasi asing akan lebih banyak masuk ke Indonesia setelah pemilu 2019 selesai digelar. Investasi akan mengalir deras saat presiden dan wakil presiden Indonesia terpilih untuk periode 2019-2024 sudah diumumkan.
Baca: Titiek Soeharto: Biaya Pemilu Besar, Kok Kotaknya Kardus
"Kalau investasi iya, tentu akan membuat menjadi lebih pasti dan lebih jelas. Tapi ya itu harus selesai dulu pemilunya, benar-benar hasilnya maksud saya. Itu kemudian tentu saja akan membuat orang mengambil keputusan ya," usai menggunakan hak pilihnya di TPS 20, Pancoran, Jakarta Timur, Rabu.
Sejauh ini, ujar Darmin, kontribusi investasi bagi pertumbuhan ekonomi masih relatif baik. Pertumbuhan ekonomi akan berkisar 6,7 hingga 7 persen, yang diiringi dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang masih di kisaran 5-5,1 persen.
"Jadi dilihat dari situ, asal ekspor impornya tidak menarik ke bawah, ya akan bisa bertahan di 5,2 persen sampai 5,3 persen. Akan ada di situ. Jadi keuntungan sebagai negara dengan penduduk yang besar adalah dunia boleh melambat, kita belum tentu ikut," kata Darmin.
Menurut pria yang juga pernah menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia itu, lima tahun ke depan, situasi ekonomi domestik akan sangat terpengaruh oleh kondisi global saat ini. Ia menuturkan, apa yang direncanakan dan sudah dipersiapkan oleh pemerintah dua atau tiga tahun lalu, tiba-tiba dikejutkan dengan perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
"Tadinya Amerika terutama Donald Trump optimistis bahwa dia pasti menang perang dagang. Sekarang semuanya kena ya kan. Sekarang semuanya kena, melambat, ekonomi dunia sedang melambat. Perhatikan bahwa ekspor kita itu ambil empat terbesar tujuan ekspor, China, Amerika, Jepang, Eropa, itu semua ekspor kita menurun sudah dua bulan. Artinya apa? Ada hal-hal baru yang berkembang yang juga harus dijawab," ujar Darmin.
Ia menambahkan, di tengah kondisi ekonomi global yang masih diselimuti ketidakpastian, pemerintah berupaya agar kinerja ekspor dalam neraca perdagangan dapat dipertahankan tetap positif agar Indonesia tidak dianggap sebagai negara yang berisiko.
"Jadi, selain kebijakan kebijakan jangka menengah yang dulu kita susun, yang namanya selain infrastruktur ada "tax holiday" dan fasilitas macam macam ada OSS, kita juga sedang menyiapkan pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi. Kita juga sedang mempercepat reforma agraria dan macam macam, itu tetap penting. Tetapi ada yang lebih mendesak sekarang, yaitu ekspor," ujar Darmin.
ANTARA