TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat total impor pada Maret 2019 mencapai US$ 13,49 miliar. Angka ini tercatat naik sebesar 10,31 persen dibandingkan pada Februari 2019.
Baca juga: Soal Impor Bawang Putih, Eks Pejabat Ingatkan Agar Tak Telat
“Kalau dilihat peningkatan impor karena peningkatan impor dari neraca non migas, tapi kalau neraca impor migas justru turun 2,7 persen,” kata Kepala BPS Suhariyanto saat mengelar konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin 15 April 2019.
Sebelumnya neraca impor pada Februari 2019 mencapai US$ 12,20 miliar. Angka ini tercatat menurun 18,61 persen jika dibandingkan nilai impor pada Januari 2019 yang mencapai US$ 14,99 miliar. Secara year on year, nilai impor itu juga tercatat menurun 13,93 persen.
Berdasarkan penggunaan barang, turunnya impor paling banyak disumbangkan oleh impor bahan baku atau penolong yang mencapai minus 21,11 persen secara month to month atau turun senilai US$ 9,01 miliar.
Suhariyanto menjelaskan jika dibandingkan pada Maret 2018, impor bulan ini turun 6,67 persen. Selain itu, jika dilihat pergerakan impor dibandingkan Januari-Maret 2018, nilai impor Januari-Maret 2019 lebih rendah.
Menurut Suhariyanto, BPS mencatat secara kumulatif total impor Januari-Maret 2019 tercatat mencapai US$ 40,7 miliar. Jika dibandingkan Januari-Maret 2018 nilai tersebut tercatat turun 7,40 persen.
“Dengan catatan, impor terbesar masih mesin dan pesawat mekanik, dan mesin dan peralatan listrik,” kata pria yang akrab disapa Kecuk ini.
Sedangkan dari sisi penggunaan barang, secara month to month, impor untuk barang konsumsi naik sebesar 13,49 persen atau senilai US$ 1,15 miliar. Adapun dari impor bahan baku atau bahan penolong naik sebesar 12,34 persen atau senilai US$ 10,14 miliar. Terakhir untuk barang modal naik sebesar 0,47 persen atau senilai US$ 2,20 miliar.