TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berkomentar singkat soal isu pembentukan perusahaan holding badan usaha milik negara (BUMN) penerbangan seperti diungkapkan calon Wakil Presiden nomor urut 2 Sandiaga Uno.
Baca: Prabowo: Contoh Tiongkok, 40 Tahun Hilangkan Kemiskinan
"Saya akan meminta penjelasan dari Kementerian BUMN tentang rencana itu," ujar dia di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, Jakarta, Ahad, 14 April 2019.
Menurut Budi, pembentukan holding itu memang akan dilakukan menyeluruh untuk setiap sektor BUMN. "Seluruh BUMN akan dibuat holding," ujar dia.
Contohnya, perusahaan holding pertambangan, dan yang sedang akan dilakukan adalah holding infrastruktur dan perumahan di sektor pekerjaan umum dan perumahan rakyat. "Jadi bukan karena industri penerbangan tapi memang sudah begitu."
Isu soal pembentukan perusahaan holding penerbangan sempat mengemuka dalam Debat Calon Presiden dan Wakil Presiden Putaran Terakhir di Hotel Sultan, Ahad malam, 13 April 2019. Dalam sawala itu, calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno menyampaikan surat yang ia terima dari seorang karyawan perusahan BUMN penerbangan.
"Surat ini berbunyi, saya memohon dengan sangat, bila kelak Allah SWT memberikan amanah kepada Bapak Prabowo menjadi pemimpin negeri ini dan Pak Sandi, tolong Bapak tolak holding BUMN sektor penerbangan. Bagi kami, karyawan perusahaan kami terancam terlempar dari status BUMN dan meresahkan kami dan keluarga kami besar harapan kami kepada bapak semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala meluangkan keberkahan rezeki kesehatan dan kami titip nasib bangsa," kata Sandiaga.
Dalam debat tersebut pula calon presiden inkumben Joko Widodo mengatakan pemerintah ke depannya bakal membangun holding-holding BUMN. Perusahaan gabungan itu antara lain untuk BUMN sektor kontruksi, sektor minyak dan gas, sektor perdagangan, dan lainnya. "Artinya nanti ada akan ada holding-holding yang di atasnya akan ada super holding," ujar Jokowi.
Karena itu, ia berujar perseroan pelat merah ke depannya harus berani keluar kandang untuk menjadi pionir keluar negeri dengan membuka pasar dan membuka jaringan, sehingga swasta nanti bisa masuk dan mengikuti mereka. Dengan kekuatan holding-holding yang besar seperti itu, Jokowi juga optimistis Indonesia akan lebih mudah mencari kapital alias modal.
"Kita tahu sudah mulai perusahaan karya-karya kita mengerjakan pekerjaan-pekerjaan besar di timur tengah baik berupa infrastruktur maupun perumahan," kata dia. Di samping itu INKA sebagai produsen kereta api juga sudah mulai menjual produknya ke Bangladesh dalam jumlah banyak. Dengan begitu, ia yakin perusahaan swasta akan mengikuti jejak itu.
"Inilah yang namanya Indonesia in corporation dan dengan itu yang kecil-kecil juga akan ikut di belakangnya lagi, sehingga ketarik semuanya," kata dia. "Ekonomi kita kan menjadi besar apabila kita melakukan yang tadi bisa saya sampaikan."
Baca berita Sandiaga lainnya di TEmpo.co