TEMPO.CO, Jakarta – Tim Ahli Tim Kampanye Nasional Joko Widodo- Ma'ruf Amin, M Lutfi, mengkritik pandangan calon wakil presiden Sandiaga Uno soal ekonomi pasar. Menurut Lutfi, penyampaian Sandiaga soal pasar Indonesia memprihatinkan.
Baca: Prabowo: Contoh Tiongkok, 40 Tahun Hilangkan Kemiskinan
“Ada poin memprihatinkan saat Sandiaga berbicara soal pasar Indonesia. Kita ini hidup di tatanan perdagangan yang baru, zaman kolaborasi,” kata Lutfi saat ditemui seusai debat di The Sultan Hotel, Jakarta, Sabtu, 13 April 2019.
Tatanan kolaborasi memungkinkan Indonesia membangun hubungan bisnis dengan negara asing. Lutfi kemudian mencontohkan Vietnam. Saat ini, pertumbuhan ekonomi Vietnam melesat tumbuh karena mereka membuka pasar.
Vietnam telah menandatangani Trans-Pacific Partnership Agreement. Perjanjian dagang untuk kemitraan ekonomi strategis Trans-Pasifik ini mendorong nett national income atau pendapatan bersih nasional Vietnam melonjak.
Data Bank Dunia menampilkan pendapatan bersih nasional Vietnam pada 2016 sebesar US$ 171,99 miliar. Pada 2015, angkanya baru US$ 159,191 dan pada 2014 151,918. Pendapatan bersih nasional Vietnam terus merangkak sejak 1990.
Lutfi memandang, Indonesia bisa melakukan hal yang sama bila saat membuka relasi dengan pasat dunia. Sebab, kata dia, berdagang keluar merupakan investasi untuk membuka pasar di dalam.
Dalam sesi debat terbuka terakhir, Sabtu 13 April 2019 , Sandiaga menyatakan bahwa Indonesia tidak boleh hanya berfokus pada perdagangan besar dan impor barang digital, seperti e-sport. Kala itu, ia mendapat bola pertanyaan dari capres inkumben Joko Widodo tentang cara pengembangan e-sport, salah satunya game Mobile Legend, yang tengah membumi dalam era ekonomi digital.
Lutfi berpendapat, relasi Indonesia dan produsen Mobile Legend, Moonton, yang berasal dari Cina adalah bentuk mitra. “Kita tidak bisa menutup cara berdagang dunia di zaman kolaborasi, di mana kedua dua negara mendapatkan keuntungan,” ujar dia.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
