TEMPO.CO, Jakarta - Debat pilpres putaran terakhir yang akan dihadiri dua pasangan calon presiden dan wakil presiden pada malam hari ini diperkirakan bakal beradu jurus untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi. Debat tersebut akan membahas soal ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan, investasi, serta industri.
Baca: Debat Pilpres, Ma'ruf Amin Punya Amunisi Ini untuk Hadapi Lawan
Juru bicara Tim Kampanye Nasional Joko Widodo - Ma'ruf Amin, Arif Budimanta, mengatakan setidaknya ada tiga strategi yang mesti dilakukan agar pertumbuhan ekonomi tidak mandek di level 5 persen. "Pertama menjaga konsumsi rumah tangga berada pada level tumbuh lima persen," kata dia dalam diskusi di Jakarta, Rabu lalu, 10 April 2019.
Di samping itu, pemerintah juga akan menggenjot investasi agar tumbuh hingga dua digit. Ia mengatakan investasi perlu didorong agar mendatangkan devisa dan kalau bisa bergerak di bidang subsitusi impor.
Arif pun memastikan bahwa pemerintah bakal memberi kesetaraan perlakukan kepada pelaku ekonomi baik residen maupun non-residen untuk menggerakkan roda perekonomian. "Tapi dibingkai dengan asas kepentingan nasional," ujar dia. Selain itu, perlunya net ekspor mencapai minimal 1 persen.
Sementara itu tim ekonomi Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Anthony Budiawan, berujar kubunya menargetkan pertumbuhan ekonomi tinggi mencapai 7 persen. Untuk mencapai angka tersebut, ia menyebut perlunya stimulus untuk mengerek tingginya permintaan atau demand.
"Kita punya ekonomi dari sisi suplai dan permintaan, permintaan ini anjlok, harus diberikan stimulus," ujar Anthony. Salah satu caranya, adalah dengan mengurangi tarif pajak, khususnya yang berkenaan dengan masyarakat kalangan menengah ke bawah. Dengan demikian, daya beli bisa kembali lagi.
Di samping menggenjot permintaan, Anthony juga mengatakan perlunya menarik investasi lantaran selama ini masih kurang. "Kalau permintaan naik, investasi harus disiapkan, sehingga kita bisa menjadi 7 persen, walau tidak instan dan butuh waktu."
Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan bakal menjadi salah satu topik hangat dalam debat pilpres putaran terakhir "Beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi kita di kisaran lima persen, ini relatif baik kalau kita melihat kondisi global, namun kita butuh lebih besar lagi," ujar Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Muhammad Faisal di Hong Kong Cafe, Jakarta, Selasa, 9 April 2019.
Apabila hanya mengandalkan pertumbuhan ekonomi di kisaran lima persen, Faisal mengatakan Indonesia terancam masuk dalam jebakan kelas menengah. Untuk itu, menurut dia, penting bagi dua pasangan calon agar memberi solusi atas persoalan itu.
Terlebih, Faisal mencatat Indonesia sudah menghabiskan waktu selama 23 tahun menjadi negara berpendapatan menengah. "Untuk menghindarinya (jebakan kelas menengah) Indonesia harus mendorong pertumbuhan ekonomi setidaknya tujuh persen per tahun dan bertahan pada level tersebut selama beberapa dekade," ujar dia. Ia menambahkan upaya itu mesti dilakukan segera selagi Indonesia menikmati bonus demografi.
Baca: Debat Pilpres Terakhir, Capres Diminta Bahas Industri Manufaktur
Selama masa kampanye, Faisal melihat baik pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo - Ma'ruf Amin dan paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto - Sandiaga Uno belum menyuarakan solusi yang konkret guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi Tanah Air. Mereka masih hanya mengangkat isu-isu populis, misalnya pada tataran kesejahteraan dan keadilan dari sisi ekonomi.
Simak berita terkait debat pilpres lainnya hanya di Tempo.co.