TEMPO.CO, Palembang - Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno mengatakan Indonesia saat ini masuk dalam jebakan pertumbuhan ekonomi sehingga sulit naik dari angka 5 persen. Hal tersebut akan ditanyakannya pada Debat Pilpres yang terakhir yang dijadwalkan pada Sabtu ini.
Baca: Sandiaga Jual Lagi Saham Saratoga Rp 71 M Menjelang Debat Capres
"Kita sekarang masuk ke jebakan pertumbuhan yang cuma 5 persen padahal janjinya empat tahun yang lalu bisa mencapai 7 persen, malah lebih," kata Sandiaga, saat berkampanye di Palembang, Jumat, 12 April 2019.
Ia juga berjanji di bawah pemerintahan Prabowo-Sandi, Indonesia akan mencapai pertumbuhan ekonomi lebih baik dalam dua tahun. Syaratnya, ada revitalisasi di beberapa sektor pertanian dan energi karena negara ini juga ingin swasembada pangan dan energi.
Selain itu, kata Sandiaga, di bawah pemerintahan Prabowo - Sandi, akan dibangun industri manufaktur. Karena selama ini pemerintah membangun infrastruktur tapi lupa membangun sektor manufaktur.
Tak hanya itu, Sandiaga menilai ada sektor lain yang perlu digarap, yakni sektor perumahan karena memiliki dampak positif ke banyak sektor seperti penciptaan lapangan kerja. Jika konsisten dilakukan maka secara otomatis akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, bahkan masyarakat akan mampu menyisikan uang untuk menabung kurang lebih Rp 50.000 per hari.
"Insya Allah, Rp1,5 juta per bulan mereka bisa menabung dengan pendekatan seperti itu referendum ekonomi, masyarakat akan terlihat apakah dilanjutkan yang gini-gini aja seperti sekarang atau berubah bersama Prabowo - Sandi," kata dia.
Terkait pertumbuhan ekonomi, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan Indonesia akan sulit tumbuh di angka rata-rata 7 persen. Sebabnya, perekonomian dunia belakangan juga tengah melesu. "Kalau rata-rata tujuh persen itu berat sekali," ujar dia saat menyambangi Kantor Tempo, Jakarta Selatan, Senin, 8 April 2019.
Padahal, Indonesia saat ini tengah mengalami fase bonus demografi. Pada fase tersebut, penduduk usia produktif antara 15 tahun hingga 64 tahun dalam suatu negara berada pada jumlah yang besar.
Hal senada dengan Dana Moneter Internasional (IMF) yang baru saja memangkas proyeksi pertumbuhan global 2019 sebanyak 0,2 persen dari angka dikeluarkan pada Januari lalu.
Dengan pemangkasan tersebut, IMF memperkirakan ekonomi global pada 2019 ini hanya akan mampu tumbuh 3,3 persen. Bahkan, IMF memperingatkan pertumbuhan ekonomi global pada 2019 ini bisa lebih lamban jika dibandingkan dengan hasil proyeksi mereka.
"Kemungkinan revisi proyeksi pertumbuhan akan turun lagi karena risiko tetap condong ke pelemahan," menurut laporan IMF dalam pernyataan mereka seperti dikutip Reuters, Rabu, 10 April 2019.
Peringatan itu didasarkan ketegangan perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Cina yang sampai saat ini belum menemui titik temu. Selain itu, peringatan juga dikeluarkan terkait Brexit dan kondisi ekonomi di Uni Eropa. IMF menyatakan pertumbuhan ekonomi Eropa saat ini sudah melambat dan secara substansial menyumbang banyak pelemahan dalam perkiraan penurunan pertumbuhan global.
Prospek pertumbuhan Eropa kemungkinan semakin suram karena Jerman saat ini dilanda masalah dengan kinerja ekspor, belanja konsumen dan penjualan mobil.
Baca: Maju Pilpres 2019, Sandiaga Uno Jadi Calon Terkaya
Lebih jauh, kata Sandiaga, masyarakat mengharapkan adanya referendum ekonomi karena semakin banyak masyarakat yang ingin perubahan di masa mendatang. Pasangan Prabowo - Sandiaga merupakan penantang presiden petahana Joko Widodo atau Jokowi yang berpasangan dengan Ma'ruf Amin pada Pilpres 17 April 2019.
ANTARA