TEMPO.CO, Manokwari - Menjelang pemilihan presiden atau pilpres yang sudah hitungan hari, Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Papua Barat mengantisipasi peredaran uang palsu menjelang pemungutan suara pada pemilihan umum (pemilu) serentak tahun 2019 di provinsi itu.
Baca: Menjelang PIlpres, Jonan Jamin Pasokan Listrik Aman
Kepala Perwakilan BI Provinsi Papua Barat Donny Heatubun di Manokwari, berharap warga memahami ciri-ciri keaslian mata uang rupiah. "Tidak menutup kemungkinan ada oknum yang melancarkan aksi money politics dengan menggunakan uang palsu. Bisa jadi mereka melakukan serangan fajar pakai uang palsu," katanya, Jumat, 12 April 2019.
Bank Indonesia, kata Donny, telah mengambil langkah antisipasi agar hal ini tidak terjadi di Papua Barat. Beberapa waktu lalu dilaksanakan sosialisasi ciri-ciri uang asli. Aparatur sipil negara (ASN), TNI, Polri dan swasta, hadir pada kegiatan tersebut. "Serangan fajar biasanya subuh-subuh. Kalau tidak teliti masyarakat sulit membedakan mana uang asli dan palsu," ujarnya.
Donny menyebutkan, sejauh ini peredaran uang palsu di wilayah Papua Barat, Papua dan Maluku relatif kecil. Tahun lalu bank sentral hanya mendapati 13 lembar pecahan Rp 100.000 dan April ini ditemukan satu lembar.
"Beda dengan daerah Jawa, kasusnya banyak. Meskipun demikian kami tetap wajib mengantisipasi, terutama pada momentum pemilu dan hari raya," kata Donny.
Menurut Donny, uang palsu yang beredar di Papua Barat berasal dari Jawa. Di Papua Barat belum ada pelaku yang memproduksinya.
Baca: Sandiaga Jual Saham Lagi, Analis: Gerak Saham SRTG Acak
BI juga akan terus menyosialisasikan keaslian uang rupiah hingga daerah terpencil. Pihaknya ingin masyarakat di seluruh pelosok memahami ciri-ciri uang asli. "Membedakan uang palsu dengan yang asli dapat dilakukan dengan cara 3D, yakni dilihat, diraba dan diterawang. Uang palsu yang beredar kebanyakan pecahan Rp 100.000 dan Rp 50.000," katanya.
ANTARA