TEMPO.CO, Jakarta - Head of Macroeconomics Financial Sector Policy Research Group, LPEM FEB UI, Febrio Kacaribu menyebut bahwa Indonesia sudah tertinggal dari Vietnam dalam hal rantai industri global atau global value chain. Padahal seharusnya, jumlah sumber daya manusia yang kita miliki bisa menarik investor asing untuk datang ke Indonesia.
Baca juga: Neraca Perdagangan Surplus, Darmin: Pertumbuhan Jangan Terganggu
Karena itu, Febio menyarankan agar Indonesia jangan menghalangi investor asing datang. Sebaliknya, pemerintah harus bersifat fleksibel agar investor semakin tertarik untuk datang.
"Indonesia terlambat 10-20 tahun dalam industri global, karena Vietnam berhasil bekerja sama dengan Samsung untuk membangun pabrik di sana," kata Febrio seusai seminar Economic Outlook for Southeast Asia, China and India di LPEM UI, Jakarta, Kamis 11 April 2019.
Febrio mengakatan Vietnam berhasil melakukan loncatan yang berarti dengan bekerja sama dengan Samsung yang sudah berjalan tiga tahun belakangan ini. "Trade mereka terus terang dikenal dengan samsung effect," ujar dia.
Vietnam juga sudah lebih terbuka saat ini terhadap investor asing. "Mereka membangun pabrik, produksi lebih banyak dan mereka menjadi bagian dari global value change," kata Febrio.
Febrio mengungkapkan bahwa investor domestik juga banyak yang pindah ke Vietnam karena iklim bisnis di sana lebih menarik. Ia mencontohkan, insfrastruktur adalah daya tarik yang besar untuk investor. "Apabila infrastruktur sudah bagus investor mau datang. Tetapi jika (infrastruktur) belum bagus, orang juga malas," kata dia.
Baca: Jokowi Cerita Infrastruktur kepada Santri Muallimin Muhammadiyah
Catatan Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju diperkirakan melambat menjadi 2 persen pada 2019 dari 2,2 persen pada 2018. Perlambatan tersebut di antaranya, karena bank-bank sentral utama terus menarik kebijakan moneter akomodatif mereka.
"Untuk perekonomian dunia yang melambat, Indonesia tidak terlalu terdampak langsung karena GDP dunia Indonesia hanya andil satu persen," ujar Febrio. Menurut dia, perlambatan pertumbuhan ekonomi hanya terjadi di Tiongkok, Amerika dan Eropa Serikat karena mereka pusat ekonomi dunia.
EKO WAHYUDI (MAGANG)