TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappenas) Bambang Brodjonegoro mengatakan Indonesia masih kalah dengan negara tetangga di ASEAN untuk perkara ekspor.
Baca juga: Genjot Ekspor, Sri Mulyani Hapus PPN Sejumlah Sektor Jasa
"Saat ini di ASEAN kalau soal ekspor kita kalah sama Malaysia, Thailand, dan Vietnam," ujar dia saat menyambangi Kantor Tempo, Jakarta Selatan, Senin, 8 April 2019.
Menurut Bambang, tiga negara tetangga itu belakangan masih cukup solid untuk menggenjot ekspor sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi. "Kita sudah agak kendor."
Salah satu persoalannya, kata Bambang, ekspor dari Indonesia masih didominasi sumber daya alam. Imbasnya, nilai ekspor Indonesia pun bergantung kepada harga dan permintaan dunia. Sementara, Thailand, Vietnam, dan Malaysia sudah mengandalkan ekspor produk manufaktur yang harga dan permintaannya relatif lebih stabil.
Karena itu, memperkuat ekspor, menurut dia, bukan sekadar menambah volume ekspor barang, melainkan juga meningkatkan nilai dari barang. Caranya, dengan mengubah dari komoditas ke produk manufaktur dan jasa, hingga ke produk berbasis inovasi. "Ekspor harus didukung industrialisasi," kata Bambang.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik atau BPS melaporkan nilai ekspor pada Februari 2019 menurun 10,03 persen menjadi US$ 12,53 miliar. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan nilai penurunan impor ini terjadi karena ada selisih hari antara Januari dengan Februari 2019.
"Tetapi selain itu juga karena adanya penurunan harga untuk beberapa komoditas yang diekspor seperti minyak mentah, batu bara dan minyak kernel," kata Suhariyanto saat mengelar konferensi pers di kantornya Jakarta Pusat, Jumat 15 Februari 2019.
Pada Januari 2019, BPS mencatat nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 13,87 miliar atau menurun 3,24 persen dibanding ekspor pada Desember 2018. Sedangkan, jika dibandingkan pada periode waktu yang sama (year on year), Januari 2018 ekspor juga tercatat menurun 4,7 persen.
Sedangkan, nilai impor pada Januari 2019 mencapai angka US$ 15,03 miliar atau turun 2,19 persen dibanding Desember 2018. Sedangkan, jika dibandingkan pada Januari 2018 atau year on year, angka tersebut juga tercatat turun sebesar 1,83 persen.
Suhariyanto menjelaskan, kondisi ekspor Februari tersebut menyebabkan nilai ekspor secara tahunan dibandingkan dengan Februari 2018 juga turun sebesar 11,33 persen. Sedangkan secara kumulatif, nilai ekspor Januari-Februari 2019 mencapai US$ 26,46 miliar.
Menurut Suhariyanto, jumlah ini juga tercatat turun sebesar 7,76 persen dibandingkan periode yang sama pada 2018. Demikian juga untuk ekspor non migas yang mencapai US$ 24,24 miliar atau turun 7,07 persen.
Karena itu, kata Suhariyanto, penurunan nilai ekspor Februari terjadi karena penurunan ekspor baik migas maupun non migas. "Yang migas karena minyak mentah turun, hasil minyak dan gas turun, sementara untuk non migas, itu mengalami penurunan dari bahan bakar mineral yang penurunannya cukup tajam lewat ekspor lemak dan hewan nabati dan biji kerak dan abu logam," kata dia.
DIAS PRASONGKO