TEMPO.CO, Jakarta - Porsi kepemilikan saham pengendali milik calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Salahuddin Uno di PT Saratoga Investama Sedaya berkurang lagi. Berdasarkan keterbukaan informasi laman Bursa Efek Indonesia yang diakses pada Selasa, 9 April 2019 porsi kepemilikan saham Sandiaga di perusahaan investasi itu kini tinggal 22,31 persen.
Baca: Sandiaga Sudah 9 Kali Jual Saham Rp 500 Miliar untuk Kampanye
Dikutip dari dokumen yang diunggah dalam keterbukaan informasi laman Bursa Efek Indonesia 27 Maret 2019 lalu, porsi kepemilikan saham Sandiaga di PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. atau SRTG diketahui masih 22,62 persen. Artinya, ada selisih kepemilikan saham sebanyak 0,31 persen.
Berkurangnya sebagian saham tersebut menjadikan komposisi kepemilikan saham terbesar Saratoga per 31 Maret 2019 dimiiki oleh tiga pihak, yakni Edwin Soeryadjaya 842,22 juta saham (31,04 persen), Sandiaga Salahuddin Uno 605,36 juta saham (22,31 persen) dan PT Unitras Pertama sebanyak 859,50 juta saham (31,68 persen).
Berdasarkan dokumen yang sama, Sandiaga terakhir kali melakukan penjualan saham sebanyak dua kali di bulan Maret 2019 dengan total penjualan 8,40 juta saham. Rinciannya, pada 20 Maret dijual sebanyak 6,40 juta saham pada harga Rp 3.776 dan pada 26 Maret dijual 2 juta saham dengan harga yang sama. Jika dijumlahkan, penjualan ini membuat Sandiaga bisa mengantongi dana Rp 31,71 miliar.
Sebelumnya, pada Desember 2018, Sandiaga Uno mengaku dirinya menjual saham untuk membiayai program kampanye sebagai calon wakil presiden. Salah satu saham yang dijual adalah saham miliknya di perusahaan Saratoga.
"Jadi saya harus 'all out', menjual saham yang saya miliki untuk membiayai kampanye," kata Sandiaga, di Rumah Pemenangan Prabowo Sandi di Kawasan Permata Jingga Kota Malang, Jawa Timur, Rabu, 5 Desember 2018 lalu.
Baca: Erwin Aksa Dukung Sandiaga, JK: Dia Tidak Minta Izin
PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. milik Sandiaga Uno menutup tahun 2018 dengan mencatatkan kerugian senilai Rp 6,2 triliun. Kondisi ini berbanding terbalik dibandingkan tahun 2017 yang masih berhasil mencatatkan laba Rp3,3 triliun.
Presiden Direktur SRTG, Michael Soeryadjaya, menjelaskan kerugian ini akibat turunnya harga saham sejumlah anak usaha yang dimiliki langsung oleh Saratoga. Anak usaha tersebut yakni PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG).