TEMPO.CO, Jakarta - Tren kenaikan harga tiket pesawat turut berimbas pada bisnis pariwisata dalam negeri. Ketua Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia atau ASITA Nunung Rusmiati mengatakan telah terjadi pergeseran wisatawan domestik ke luar negeri sejak tarif penerbangan melonjak pada akhir 2018 lalu.
Baca juga: Menhub: Baru Dua Grup Maskapai yang Turunkan Harga Tiket Pesawat
Kondisi tersebut terjadi lantaran harga tiket pesawat ke rute dalam negeri lebih mahal ketimbang ke luar negeri. "Saya dapet komplain kalau tiket ke Jakarta-Bali lebih mahal daripada Jakarta-Kuala Lumpur," ujar Nunung saat ditemui di Kementerian Pariwisata, Senin petang, 8 April 2019.
Menurut Nunung, selisih harga tiket pesawat rute domestik dan mancanegara cukup besar. Ia mencontohkan tarif yang berlaku saat ini untuk maskapai full service rute Jakarta -Kuala Lumpur berkisar Rp 2,5 juta pp. Sedangkan penerbangan Jakarta-Bali pp mencapai Rp 4,5 juta atau hampir dua kali lipatnya.
Wakil Ketua Umum 1 ASITA, Budijanto Ardiansyah, mengatakan bahwa terjadi penurunan pergerakan wisatawan domestik rata-rata 30 persen. Adapun dari 30 persen, 20 persen di antaranya memilih bepergian ke luar negeri. "Ini karena masalah harga tiket yang lebih murah dengan jarak yang kurang lebih sama," ujar dia saat ditemui di tempat yang sama.
BACA: Garuda Indonesia Berikan Diskon Tiket Pesawat Hingga 50 Persen
Budijanto berharap tren ini tidak berlangsung lama. Karena itu, ia juga meminta maskapai untuk mempertimbangkan kenaikan harga demi kepentingan bersama.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan tren penurunan pergerakan wisatawan domestik belum akan berbalik naik bila sejumlah maskapai tidak mengembalikan standar harga tiket seperti sebelumnya. Ia lantas mengusulkan maskapai memberlakukan variasi harga tiket agar harga tiket pesawat kembali seperti semula.