TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden nomor urut Prabowo Subianto terus melontarkan kritik soal kondisi perekonomian Indonesia. Teranyar, ia menyampaikan kritik tersebut dalam kampanye akbar di Gelora Bung Karno, Jakarta Selatan, Ahad, 7 April 2019. Di hadapan pendukungnya, Prabowo menyampaikan setidaknya tiga pernyataan kontroversial terkait perekonomian Tanah Air.
Baca: Prabowo Kritik Pertumbuhan Ekonomi, Luhut: Kok Kasar Gitu
1. Ibu pertiwi diperkosa
Ungkapan tersebut diucapkan Prabowo untuk menggambarkan situasi perekonomian Tanah Air belakangan ini. Bekas Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) itu menyebut negara sedang sakit.
"Ibu pertiwi sedang diperkosa. Kekayaan kita diambil terus, hak rakyat diinjak-injak," ujar Prabowo. Karena itu, ia beranggapan rakyat Indonesia sudah tidak sabar ingin perubagan. Dengan demikian kekayaan Bangsa Indonesia bisa kembali ke tangan rakyat.
Atas pernyataan itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan bantahannya. Menurut dia, kondisi di dalam negeri sedang baik. "Pertumbuhan bagus semua, mulai dari ekonomi dan sebagainya. Jadi kalau ada orang yang bilang negeri kita diperkosa, mungkin diperkosa sama dia," kata Luhut.
Luhut menuturkan, penyataan tersebut tidak tepat. Apalagi jika menilik indikator ekonomi saat ini yang terus membaik. Ia menyebut mengenai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sekitar US$ 1,1 triliun dan inflasi yang berada di kisaran 3 persen sebagai salah satu bukti bahwa Indonesia dalam kondisi yang baik.
Tak hanya soal pertumbuhan ekonomi, Luhut juga menyebut tingkat kemiskinan yang sempat menurun di angka satu digit di bawah 10 persen. Bahkan dia juga menyinggung mengenai banyaknya perusahaan start up atau rintisan yang berada di level unicorn dari Indonesia. Hal ini salah satunya karena adanya dukungan dari infrastruktur sehingga mampu mendorong keseimbangan harga.
Walau, ia juga mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi nasional memang cenderung menurun sejak 2009. Namun, penurunan ini lebih banyak disebabkan karena adanya penurunan harga komoditas.