TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini meskipun cadangan devisa Indonesia bertambah dan di tengah pelemahan indeks dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah terdepresiasi 0,24 persen atau turun 35 poin menjadi Rp 14.167 per dolar AS.
Baca: Rupiah Menguat di Kuartal Pertama, Bagaimana Berikutnya?
"Tampaknya pelemahan kali ini didorong oleh investor yang menjauhi mata uang berisiko, termasuk rupiah, di tengah kabar buruk dari kisruh geopolitik Libya, ketidakpastian Brexit, serta kekhawatiran adanya krisis finansial dari Italia," ujar Analis PT Monex Investindo Futures Faisyal, Senin, 8 April 2019. Ia juga mengatakan bahwa kabar baik terkait dengan penambahan cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret belum mampu mendorong naik laju rupiah.
Cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar US$ 124,54 miliar pada akhir Maret 2019, atau naik US$ 1,27 miliar dibandingkan dengan Februari 2019 sebesar US$ 123,27 miliar. Indeks dolar AS yang melemah akibat data ketenagakerjaan AS juga belum menjadi katalis positif bagi pergerakan rupiah.
Data perubahan tenaga kerja AS di luar sektor pertanian untuk Maret 2019 adalah sebesar 196 ribu orang atau di atas proyeksi pasar sebesar 172 ribu orang. Namun, tenaga kerja pada sektor manufaktur menunjukkan koreksi sehingga memperkuat sinyal perlambatan ekonomi dalam negeri.
Pada saat yang sama data rata-rata pendapatan per jam AS secara month on month(mom) dirilis sebesar 0,1 persen di bawah ekspetasi pasar sebesar 0,3 persen. Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan enam mata uang mayor bergerak melemah 0,16 persen menjadi 97,239.
Faisyal memprediksi rupiah akan bergerak cenderung melemah terbatas seiring dengan pasar yang menanti notulen rapat FOMC untuk Maret 2019. Rupiah diperkirakan bergerak pada level Rp 14.080 per dolar AS hingga Rp 14.225 per dolar AS.
Di sisi lain, Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim juga mengatakan bahwa ketidakpastian Brexit masih menjadi katalis negatif rupiah. Perdana Menteri Inggris Theresa May telah meminta perpanjangan Brexit hingga 30 Juni 2019, yang semula dijadwalkan pada 12 April 2019. Namun, permintaan perpanjangan waktu tersebut diragukan oleh Perancis dan Belanda.
Sementara itu, Uni Eropa akan memutuskan keputusan perpanjangan waktu tersebut pada Rabu mendatang. "Harapannya adalah UE akan menawarkan semacam perpanjangan, paling tidak untuk menghindari Brexit tanpa kesepakatan yang akan sangat mengganggu ekonomi Irlandia," ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resmi.
Baca: Perry Warjiyo: Sejak 2018 Dunia Tak Ramah, Termasuk ke Indonesia
Oleh karena itu, Ibrahim memprediksi kurs rupiah kembali melemah. Rupiah bakal terdepresiasi ke level Rp 14.115 per dolar AS hingga Rp 14.200 per dolar AS.