TEMPO.CO, Jakarta - Menteri BUMN Rini Soemarno meresmikan secara simbolis beroperasinya fasilitas produksi amunisi baru milik Pindad di sela perayaan HUT BUMN ke-21 berbarengan dengan perayaan hari jadi PT Pindad ke-36 di Gedung Sate, Bandung, Sabtu, 6 April 2019. “Ada tujuh gedung baru tambahan di Bandung maupun di Jawa Timur untuk produksi (amunisi) kita tingkatkan,” kata dia, Sabtu, 6 April 2019.
Baca juga: Senapan Sniper Buatan Pindad Diminati Negara Lain
Fasilitas produksi amunisi terbaru milik Pindad tersebut berlokasi sebagian di Bandung dan di Turen, Malang, Jawa Timur. Tujuh fasilitas produksi amunisi tersebut yakni Gedung Proses Assembling Munisi Kaliber 5.56 mm, Gedung Proses Pembuatan Komposisi Primer, Gedung Proses Loading Primer, Gedung Proses Tetrazen, Gedung Lapangan Balistik, Gedung Explosion Chamber, dan Gedung Lapangan GL dan AGL.
Rini mengatakan dengan fasilitas produksi baru tersebut Pindad ditargetkan bisa menambah pasokan untuk pemenuhan kebutuhan amunisi TNI dan Polri. “Sebelumnya untuk amunisi, belum bisa suplai semua untuk TNI. Sekarang bisa suplai. Sebentar lagi kita akan tambah. Diharapkan bisa suplai juga ke Polri," ujar Rini.
Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose mengatakan, fasilitas produksi amunisi baru milik Pindad itu akan beroperasi penuh di akhir tahun ini. “Tadinya (produksi) amunisi kita untuk kaliber kecil itu kapasitas produksi 120 juta butir per tahun, akan menjadi 290 juta, hampir 300 juta butir per tahun dengan adanya penambahan mesin-mesin baru,” kata dia, Sabtu, 6 April 2019.
Abraham mengatakan, pabrik munisi baru itu dibiayai dari pendanaan PMN, penyertaan modal pemerintah menembus Rp 1 trilin. “Investasi PMN kita itu di tahun 2012 ada sekitar Rp 300 miliar, di tahun 2015 sekitar Rp 700 miliar. Total hampir Rp 1 triliun. Habis ini akan beroperasi untuk mendukung produksi amunisi kaliber kecil,” kata dia.
Produksi perdana pabrik amunisi itu akan di mulai di akhir tahun ini. “Tahun 2019 akhir kita harus sudah mulai memproduksi amunisi kaliber kecil untuk memenuhi kebutuhan TNI-Polri. Akhir tahun ktia akan mulai sampai dengan 290 juta butir per tahun,” kata Abraham.
Menurut Abraham, produksi hampir menembus 300 juta butir per tahun itu belum bisa memenuhi semua kebutuhan amunisi TNI. Kebutuhan TNI itu bisa sampai 500 juta butir per tahun.
Pindad masih mengincar sejumlah kerja sama strategis untuk membiayai investasi lanjutan untuk menggenjot produksi amunisinya. “Selain itu kita ada kerja sama strategis yang tentunya arah kita untuk menambah kapasitas amunisi kaliber kecil sampai dengan 500 juta butir per tahun,” kata dia.