TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah segera membuat proyek percontohan pengiriman darah menggunakan pesawat tanpa awak alias drone. Proyek ini akan dimulai di Sulawesi Selatan lantaran dinilai memungkinkan.
BACA: Gara-gara Jus Buah, Nyawa Wanita Ini Hampir Melayang
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan gagasan itu dirancang mengingat tingginya angka kematian ibu akibat pendarahan. Sementara, pengiriman darah di daerah-daerah acapkali telat lantaran keterbatasan akses.
"Jadi bersama Kepala Bappenas dan Menteri Kesehatan kami tadi membicarakan regulasinya dan harmonisasi, kita mau coba," ujar Luhut di Kantor Kemenko Kemaritiman, Jakarta, Selasa, 2 April 2019. Pesawat nir awak itu nanti bisa bergerak dalam radius 80 kilometer ke daerah terpencil, sehingga pengiriman darah tak lagi terlambat.
BACA: Pasien Gagal Ginjal Bisa Cuci Darah di Rumah dengan Metode Ini
Luhut menargetkan proyek percontohan itu bisa segera dimulai. Adapun biaya untuk proyek tersebut tengah dihitung oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. "Investornya sudah ada dari Australia."
Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan pada tahap uji coba, drone itu baru akan mengangkut darah. Pasalnya, berdasarkan diskusi bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan, transportasi obat menggunakan drone akan lebih berisiko. "Jadi darah iya, karena kematian ibu kan tinggi dan penyebabnya salah satunya pendarahan," ujar dia.
Salah satu contoh kasusnya adalah kematian ibu saat akan melahirkan di daerah terpencil yang jauh dari rumah sakit. Dengan metode anyar itu, harapannya darah bisa dikirim ke puskesmas di daerah, sehingga para ibu yang akan melahirkan bisa mendapat transfusi darah. Jadi, sang ibu masih punya waktu bisa perlu dilarikan ke rumah sakit.
FAJAR PEBRIANTO