TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Dinas Pariwisata Lombok Lalu Moh Faozal mengatakan program great sale yang dihelat pemerintah bersama stakeholder pada Januari-Februari lalu tak terlampau berdampak signifikan bagi pertumbuhan angka turis di daerahnya. Ia menyebut, pergerakan wisatawan tak kunjung membaik meski diskon yang ditawarkan untuk hotel dan paket tur mencapai 70 persen.
Baca juga: Potensi Besar, Realisasi Kedatangan Turis Cina Baru 2,14 Juta
"Ada dampak, tapi enggak besar. Paling hanya mendongkrak 15-20 persen untuk kunjungan Maret," ujarnya saat dihubungi Tempo pada Selasa, 2 April 2019.
Faozal menduga, komponen utama yang menyebabkan penjualan great sale lesu adalah kenaikan harga tiket pesawat. Ia mencatat, pesawat untuk sejumlah rute penerbangan ke Lombok rata-rata meningkat lebih dari 50 persen sejak awal tahun.
Dalam situs online travel agent Traveloka, misalnya. Harga tiket pesawat rute Jakarta - Lombok yang umumnya ditawarkan Rp 500 ribuan pada hari normal di masa sepi pengunjung naik menjadi Rp 900 ribuan. Sedangkan pada musim ramai pengunjung atau high season, harga tiket penerbangan bisa menyentuh harga lebih dari Rp 1 juta.
Menurut Faozal, pergerakan wisatawan sulit membaik bila komponen tiket pesawat masih mahal. Kendati kini telah terjadi perubahan harga lantaran sejumlah maskapai mengeluarkan kebijakan menurunkan harga tiket, Faozal menekankan hal tersebut belum dirasakan dampaknya oleh Lombok.
"Karena penurunan harga ini saya dengar hanya untuk jumlah seat terbatas," ujarnya.
Dia mengimbuhkan, kondisi great sale kali ini jauh berbeda ketimbang tahun sebelumnya. Tahun lalu, gelaran great sale bisa meningkatkan jumlah pergerakan wisatawan hingga 30-40 persen.
Adapun great sale serupa telah dihelat selama tiga kali dan diadakan setiap awal tahun. Dalam rangkaian great sale, para peserta yang terdiri atas pihak hotel, resor, maskapai penerbangan, restoran, dan paket jasa wisata di Nusa Tenggara Barat akan beramai-ramai menawarkan potongan harga hingga 70 persen.