TEMPO.CO, Jakarta - Pasokan minyak Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dilaporkan merosot ke level terendah dalam empat tahun pada Maret. Berdasarkan survei Reuters, hal ini terjadi karena eksportir utama Arab Saudi banyak memangkas pasokannya. Di sisi lain produksi Venezuela turun lebih banyak lagi karena sanksi-sanksi dan pemadaman listrik.
Baca: BPH Migas Akui Kelabakan Penuhi Kebutuhan Masyarakat Akibat Bencana
Ke-14 anggota OPEC memproduksi 30,40 juta barel per hari (bph) pada bulan lalu. Survei menunjukkan pada Senin 1 April 2019, pasokan turun 280.000 barel per hari dari Februari, dan ini merupakan total produksi OPEC terendah sejak 2015.
Survei menunjukkan bahwa Arab Saudi dan sekutu Teluk terus mengurangi pasokan, lebih besar dari kesepakatan OPEC terbaru. Hal ini sekaligus, mengabaikan tekanan dari Presiden AS Donald Trump yang meminta peningkatan pasokan untuk menurunkan harga minyak dunia.
Penurunan pasokan terbesar datang dari Arab Saudi, produsen OPEC terbesar. Hasil survei menunjukkan, Saudi memproduksi minyak 220.000 barel per hari lebih rendah dari Februari.
Penurunan terbesar kedua terjadi di Venezuela. Sebab, Washington memberlakukan sanksi-sanksi terhadap perusahaan minyak negara PDVSA pada Januari, sementara pemadaman listrik menghentikan operasi di terminal ekspor minyak utama Jose dan di pabrik-pabrik peningkatan (upgrading) minyak mentah.
Simak: Pertamina Belum Akan Turunkan Harga BBM Ikuti Tren Minyak Dunia
Minyak mentah diperdagangkan di atas US$ 68 per barel, mendekati level tertinggi 2019, didorong oleh langkah Saudi ini, Pembatasan pasokan secara tidak sengaja juga terjadi Venezuela dan Iran, yang keduanya sedang dikenai sanksi AS yang membatasi ekspor mereka.
"Keinginan yang ada untuk membawa persediaan minyak global lebih rendah," kata Tamas Varga dari broker minyak PVM, seperti dilaporkan Antara Selasa, 2 April 2019.
ANTARA