TEMPO.CO, Jakarta – Dua perwakilan tim investigasi kecelakaan pesawat Boeing 737 Max 8 dari Indonesia akan segera bergabung dengan tim penyelidikan di Ethiopia pekan depan. Perwakilan dari Indonesia tersebut berasal dari Direktorat Kelaikudaran dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan (DKPPU) dan Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Baca juga: Bertemu Bos Boeing, Garuda Tunggu Kepastian Pengganti 737 Max 8
“Ada dua orang yang berangkat. Satu orang dari KNKT dan satu orang dari DKPPU,” ujar Direktur Kelaikudaran dan Pengoperasian Pesawat Udara Kemenhub Captain Avirianto saat ditemui di Hotel Fairmont, Jakarta, Kamis petang, 29 Maret 2019.
Seorang dari DKPPU, menurut Avi, bernama Inspektur Totok. Ia telah lulus pendidikan investigasi dan dianggap memiliki kemampuan dalam bidang tersebut.
Avirianto menyatakan, Inspektur Totok dan seorang perwakilan dari KNKT bakal turut menginvestigasi sebab-sebab kecelakaan pesawat Boeing seri Max yang dioperasikan oleh Ethiopian Airlines. Kecelakaan pesawat dengan nomor registrasi ET 302 itu sebelumnya terjadi pada 10 Maret 2018.
Ethiopian Airlines terempas di daratan Addis Ababa hanya 6 menit setelah lepas landas. Kecelakaan itu menyebabkan 157 penumpang dan awak pesawat tewas seketika. Kecelakaan pesawat ini dianggap memiliki kemiripan dengan insiden yang menimpa JT 610 milik Lion Air. Pada Oktober lalu, JT 610 dengan pesawat jenis yang sama seperti Ethiopian Airlines, mengalami kecelakaan. Pesawat JT 610 jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat.
Ethiopian Airlines telah menerima tim investigasi dari Indonesia lantaran alasan adanya dugaan kemiripan tersebut. Selain itu, Indonesia memiliki wewenang terlibat dalam penelaahan kecelakaan ET 302 lantaran ada seorang warga Tanah Air yang menjadi korban pada insiden nahas tersebut.
Menurut Avirianto, tim investigasi dari Indonesia nantinya akan menelisik adanya keseragaman faktor-faktor pemantik kecelakaan. Bila benar ada kemiripan, tim investigasi akan mengirimkan rekomendasi ke pabrikan pesawat Boeing Co yang menerbitkan Boeing seri Max. “Kalau hasil dari dua pesawat memang ada yang menjadi problem, kami kirim rekomendasi apa yang perlu diperbaiki,” ucap Avirianto.