TEMPO.CO, Jakarta - Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Infrastruktur, Judi Rifahantoro, menilai jumlah turis asing alias wisatawan mancanegara asal Cina yang melancong ke Indonesia masih terbilang kurang. Dari potensi 140 juta turis yang keluar dari Cina setiap tahunnya, jumlah yang datang ke Indonesia baru sekitar 2,14 juta turis saja.
Simak: Luhut Desak Maskapai Turunkan Harga Tiket Pesawat per April
"Baru itu yang kami raih, masih kurang," kata Judi dalam Focus Group Discussion bersama Federasi Pilot Indonesia di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta, Kamis, 28 Maret 2019.
Kondisi ini, kata Judi, tak lepas dari jumlah penerbangan langsung Indonesia-Cina yang masih terbilang kurang. Saat ini, jumlah kapasitas kursi internasional dari penerbangan langsung Indonesia-Cina, hampir setara dengan jumlah wisatawan tersebut, atau hanya sedikit lebih tinggi dari 2,5 juta. Sehingga, kata Judi, wajar jika turis Cina yang datang ke Indonesia masih kurang karena penerbangan langsung masih menjadi pilihan utama saat ini.
Saat ini, kata Judi, Kementeriannya terus mengejar target capaian wisatawan mancanegara ke Indonesia. Tahun 2019, pihaknya harus mengejar target wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta orang. Angka ini naik dari target 2018 yang hanya sebesar 17 juta. Dengan ditambah oleh turis lokal, Kemenpar menyebut industri pariwisata ditargetkan bisa mendatangkan devisa hingga US$ 20 miliar atau setara Rp 284 triliun.
Tak hanya Cina, jumlah turis asal India dan Eropa yang datang ke Indonesia juga masih kurang, jika dibandingkan dengan potensinya yang cukup besar. Kapasitas kursi internasional dari Eropa-Indonesia hanya 300 ribu, tapi jumlah wisatawan yang ke Indonesia mencapai 2 juta. Jumlah itu belum termasuk potensinya yang jauh lebih besar.
Demikian pula dengan India. Jumlah wisatawan yang ke Indonesia mencapai 500 ribu orang per tahun. Akan tetapi, kursi internasional pada penerbangan langsung yang tersedia hanya sekitar 30 ribu per tahun. Untuk India, tahun 2019, pemerintah menargetkan jumlah wisatawan India bisa mencapai 700 ribu orang.
Baca: Ini Daftar 11 Kawasan Ekonomi Khusus dan Peluang...
Ketiga negara atau kawasan ini menjadi perhatian karena menyumbang wisatawan mancanegara terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Jika pada 2014, kebanyakan turis berasal dari Singapura, Malaysia, dan Australia, maka pada 2018 terjadi peralihan dan lebih banyak datang dari Cina dan Eropa. India walaupun belum yang utama, tapi tumbuh cukup tinggi.
Dengan begitu, Judi mengatakan bahwa pertumbuhan turis yang cepat dari Cina, Eropa, dan India, tidak diikuti oleh pertumbuhan kapasitas kursi penerbangan internasional yang memadai. Walhasil, pertumbuhan hanya mengandalkan titik hub Singapura dan Kuala Lumpur. Sebab, kapasitas kursi penerbangan internasional langsung ke Indonesia memang masih kurang dibandingkan kedua negara ini.