TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa pemerintah bakal mengenjot ekspor industri farmasi. Hal ini dilakukan sejalan dengan masih tumbuhnya ekspor non minyak dan gas (migas) dalam neraca perdagangan Indonesia.
Baca juga: Wapres Jusuf Kalla Dorong BPJS Kesehatan Berpromosi
"Industri seperti inilah yang kami dorong untuk terus ekspor. Apalagi saat ini sektor non migas masih positif sehingga terus kami genjot supaya sektor ini terus berkontribusi terhadap perekonomian nasional," kata Airlangga saat ditemui usai melepas kontainer ekspor produk perawatan kesehatan milik PT Bayer Indonesia di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Rabu 27 Maret 2019.
Sebelumnya, Bayer Indonesia melepas kontainer ekspor produk obat dan vitamin ke 32 negara. Ekspor ini merupakan yang ke-3.000 sepanjang Bayer mendirikan pabrik untuk memproduksi barang kesehatan.
Airlangga menjelaskan, industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional saat ini telah tumbuh sebesar 4,46 persen. Industri ini telah memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di sektor industri pengolahan non migas sebesar 2,78 persen dan terus meningkat selama 5 tahun terakhir.
Kendati demikian, Airlangga menjelaskan, komponen impor di sektor industri farmasi ini masih tinggi. Hal ini disebabkan, komponen yang diimpor adalah bahan baku jadi dan juga obat. Selain itu, industri farmasi Indonesia saat ini dihadapkan dengan permasalahan belum adanya bahan baku yang diproduksi secara domestik.
Demi mengatasi persoalan ini, Airlangga mengatakan pemerintah akan mendorong industri farmasi untuk melakukan investasi baru atau melakukan ekspansi pasar. Namun, untuk saat ini pemerintah tengah menggiatkan perusahaan untuk menambah atau menanam investasinya di sekor industri ini.
"Kami harus dorong industri semacam ini untuk ekspansi atau investasi baru," kata Airlangga.