TEMPO.CO, Jakarta -Rencana pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping untuk mengakhiri perang dagang akan berdampak positif dan negatif bagi Indonesia apapun hasil pertemuan tersebut.
BACA: Ekonom Sebut Pengaruh Positif Perang Dagang AS-Cina
Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai pertemuan dari dua pimpinan dengan ekonomi terbesar di dunia itu akan membawa dampak ikutan bagi perekonomian Indonesia. Dampak ini bisa baik dan buruk.
“Bagi Indonesia mau perang dagang atau tidak itu semua ada efek negatif positifnya, tapi kalau perang dagang [diteruskan], maka akan terjadi kemerosotan pertumbuhan ekonomi dunia dan akan berakibat banyak, sehingga lebih baik berjalan normal tanpa perang dagang,” kata Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden, Selasa, 26 Maret 2019.
Jusuf Kalla menilai jika perang dagang berlanjut, maka pabrik-pabrik di China yang selama ini memperoleh bahan baku dari Indonesia akan mengurangi aktivitas bisnisnya. Dampaknya pasokan dari Indonesia juga akan diturunkan.
Baca Juga:
BACA: Cina dan Amerika masih Bertikai Soal Bisnis Digital
Akan tetapi, saat yang sama Indonesia memiliki peluang lebih besar untuk mengisi pasar yang ditinggalkan produsen dari China itu di pasar Amerika. Produk yang sebelumnya dibuat di Cina dapat dibuat di Indonesia. Ini juga akan meningkatkan minat investasi di Indonesia oleh investor dari luar.
Sementara itu, jika perang dagang berakhir, kondisi sebaliknya akan tercipta. Indonesia akan mendapatkan kesempatan lebih besar untuk mengekspor bahan baku bagi pabrik-pabrik di Cina.
“Tapi kalau mereka tetap perang, ya sama saja kesempatan kita mengekspor ke AS semakin tinggi, karena barang-barang subtitusi produk Cina banyak di Indonesia, katakanlah garmen, sepatu, atau barang-barang lainnya, Sebagian bisa kita [isi pasarnya],” tambah Jusuf Kalla.
Baca berita tentang perang dagang lainnya di Tempo.co.