TEMPO.CO, Jakarta - Wacana buyback Indosat yang dilontarkan wakil presiden nomor 02 Sandiaga Uno dinilai positif oleh Haryadin Mahardika. Haryadin yang juga juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto - Sandiaga Uno ini menilai langkah korporasi itu bakal menguntungkan.
Baca: Soal Buyback Indosat, CEO: Investor Qatar Tak Ada Niat Menjual
"Buyback Indosat juga penting sebagai bentuk kedaulatan frekuensi,” ujar Haryadin ketika dihubungi, Selasa, 26 Maret 2019.
Sebelumnya Sandiaga menyampaikan bahwa buyback Indosat itu menjadi salah satu langkah menopang rencana program single identification number (SIN) lewat kartu Kartu Tanda Penduduk elektronik. Untuk mewujudkan program itu, Indonesia harus menguasai data terlebih dulu.
Haryadin juga mengomentari pernyataan dari Direktur Utama PT Indosat Tbk. Chris Kanter. Sebelumnya, Chris menegaskan bahwa pemegang saham tidak mempunyai rencana untuk menjual meski ada wacana buyback Indosat atau pembelian kembali oleh calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga. “Mungkin perlu klarifikasi dulu, perlu dicek apakah yang bersangkutan bisa mewakili pandangan shareholders (pemegang saham) atau tidak,” kata Haryadin.
Chris sebelumnya juga menyampaikan bahwa pemerintah Jokowi sudah pernah memulai pembicaraan ini dua tahun lalu. "Sudah ada pembicaraan, dua tahun lalu saya sudah mengantar Menteri BUMN (Badan Usaha Milik Negara), tetapi Qatar-nya (pemilik saham Indosat) mengatakan dia mau menjadi global operator sehingga tidak punya niat untuk menjual," ujar Chris dalam jumpa pers di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Senin, 25 Maret 2019.
Lebih lanjut, Haryadin yang juga ekonom dari Universitas Indonesia ini meyakini bahwa pemegang saham tetap akan mengikuti mekanisme pasar. Ketika harga yang ditawarkan menarik, maka bukan tidak mungkin mereka akan melepas saham. Terlebih, kata dia, kinerja Indosat saat ini tidak begitu baik.
Dari catatan Tempo, pada triwulan IV 2018, Indosat mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 11,78 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Tapi sepanjang tahun pendapatan perusahaan sebenarnya menurun sehingga harus menelan kerugian hingga Rp 2,4 triliun. Tahun sebelumnya, perusahaan justru mencatatkan laba Rp 1,13 triliun.
Baca: Sandiaga Mau Buyback Indosat, Siapa Pemegang Sahamnya Kini?
Sementara itu, Dewan Pakar BPN, Drajad Wibowo, mengatakan bisa saja pihak Qatar, yakni Ooredoo Asia atau Qtel, sebagai pemegang 65 persen saham Indosat ingin cut loss atau risk sharing. Di samping itu, ia mengatakan negara bisa melakukan barter di bidang lain sesuai dengan kepentingan nasional Indonesia dan kepentingan komersial Ooredoo Asia.
Simak berita terkait buyback Indosat lainnya di Tempo.co.