TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden Sandiaga Uno melontarkan wacana membeli kembali atau buyback Indosat. Menurut Sandiaga Uno, buyback saham Indosat menjadi salah satu langkah menopang rencana program single identification number (SIN) lewat kartu Kartu Tanda Penduduk elektronik.
Baca juga: Soal Buyback Indosat, CEO: Investor Qatar Tak Ada Niat Menjual
Untuk mewujudkan program itu, kata Sandiaga, Indonesia harus menguasai data terlebih dulu. "Sebetulnya ide Pak Jokowi untuk mem-buyback Indosat itu bagus. Di bawah Prabowo Sandi akan kami usahakan," kata Sandiaga di Jakarta, Rabu, 20 Maret 2019. Ide membeli kembali saham Indosat pernah dilontarkan Joko Widodo saat mencalonkan menjadi presiden RI pada 2014.
Namun rencana buyback Indosat tak semudah membalikkan tangan. Direktur Utama Indosat Ooredoo Chris Kanter mengatakan pemegang saham Indosat tak punya rencana menjualnya. "Saya sudah jelaskan bahwa pemegang saham Indosat tidak punya rencana untuk menjual," ujar Kanter dalam jumpa pers di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Senin, 25 Maret 2019.
Di samping itu Kanter menyebut rencana buyback Indosat bakal memakan dana yang sangat besar. Ketimbang merealisasikan rencana itu, ia lebih menyarankan dana tersebut dipergunakan untuk membangun infrastruktur. "Lagian kalau misalnya mau dibeli, pemerintah kan sudah punya telkomsel."
Lalu siapa penguasa saham Indosat saat ini? Mengutip dari laman resmi perusahaan, Indosat didirikan sejak 1967. Ini adalah perusahaan telekomunikasi internasional pertama di Indonesia.
Pada 1980, seluruh saham asing di Indosat di akuisisi pemerintah. Pada 1994, Indosat resmi melantai di bursa saham. Pemerintah menguasai 65 persen saham dan sisanya adalah milik publik.
Pada 2002, pemerintah menjual 8,10 persen sahamnya ke publik. Saham Indosat sebesar 41,94 persen kembali dijual kepada Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd. Transaksi ini membuat saham pemerintah menyusut menjadi tinggal 15 persen.
Lima tahun kemudian yaitu 2008, STT Singapore menjual seluruh sahamnya kepada Qatar Telecom atau Qtel menjadi sebesar 40,81 persen dengan nilai transaksi US$ 1,8 miliar atau Rp 16.740 triliun (dengan kurs saat itu 9.300 per dolar AS).
Qtel kembali menambah porsi sahamnya di Indosat dengan membeli 24,91 persen saham seri B dari publik pada 2009. Dengan demikian Qtel menguasai 65 persen saham Indosat di bawah bendera Ooredo Asia Pte. Ltd. Adapun saham pemerintah Indonesia adalah 14,29 persen dan sisanya 20,17 persen dikuasai publik.
CAESAR AKBAR | BUDIARTI UTAMI PUTRI