TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pelemahan ekonomi di Amerika Serikat dan Cina bisa memberi peluang bagi perekonomian Indonesia. Kendati resesi yang terjadi pada dua negara adi daya itu tentu akan memengaruhi lingkungan global.
Baca: Jokowi Beberkan Strategi agar RI Keluar dari Middle Income Trap
"Tapi di sisi lain kita bisa lihat opportunity-nya, kesempatannya adalah bahwa capital itu masih ada, abandoned. Dan mereka akan mencari tempat yang pertumbuhannya masih tinggi dan kuat," ujar Sri Mulyani selepas menghadiri acara Rapat Pimpinan Nasional Badan Narkotika Nasional di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa, 26 Maret 2019.
Mengutip prediksi World Bank, pertumbuhan ekonomi dunia diprediksi akan turun dari 3 persen menjadi 2,9 persen pada tahun ini. Sedangkan pertumbuhan ekonomi AS juga diprediksi akan turun dari 2,9 persen menjadi hanya 2,5 persen untuk tahun ini.
Dengan pertumbuhan ekonomi Tanah Air yang mencapai di atas 5 persen dan cukup stabil, Sri Mulyani menyebut Indonesia bisa menjadi salah satu pilihan bagi modal untuk masuk. Selanjutnya, apabila Indonesia terus berbenah untuk memperbaiki iklim investasi, kebijakan, dan stabilitas kondisi ekonomi makro, ia yakin peluang masuknya arus modal ke dalam negeri menjadi semakin terbuka.
"Kita kan sudah lihat sekarang ini hanya dalam waktu dua bulan terakhir ini masuknya capital inflow meningkat luar biasa besar," ujar Sri Mulyani. Kondisi tersebut sangat berbeda dengan tahun lalu ketika suku bunga acuan The Fed terus naik. Kala itu, yang terjadi adalah arus modal keluar secara besar-besaran.
Namun, dengan kondisi suku bunga acuan yang tengah stagnan dan adanya prediksi pelemahan ekonomi di AS, Sri Mulyani melihat modal akan mencari tempat yang lebih atraktif. "Kita bisa menjadi tempat yang baik."
Di samping itu, untuk menghadapi pelemahan perekonomian di negara adi daya, Sri Mulyani mengatakan strategi yang mesti dilakukan saat ini adalah memperkuat faktor dalam negeri Indonesia. Karena itu, menurut dia, seluruh instrumen, seperti fiskal, belanja negara, hingga perpajakan, mesti digunakan untuk mendorong investasi berjalan baik.
Sri Mulyani melihat momentum pertumbuhan hingga akhir tahun 2018 masih cukup baik. "Capital market cukup bullish dan capital spending mulai meningkat," ujarnya. Didukung rampungnya beberapa infrastruktur, ia berharap adanya akselerasi belanja modal menjadi lebih efisien.
Selanjutnya, Sri Mulyani mengatakan perlunya stabilisasi harga dan pasokan guna menjaga daya beli masyarakat. Sehingga, konsumsi nantinya akan lebih bagus. "Sedangkan dari konsumsi APBN defisit akan dipakai untuk menstimulasi."
Baca: Cerita Sri Mulyani Tegur Pemerintah Daerah yang Hobi ke Jakarta
Terakhir, Sri Mulyani menggarisbawahi kinerja ekspor Indonesia. Menurut dia, meski perekonomian global melemah, bisa jadi dari sisi regional kondisinya berbeda. Sehingga ia akan melihat peluang ekspor itu dari beberapa negara.