TEMPO.CO, Jakarta - Saham PT Bank Permata Tbk. dengan kode BNLI bergerak naik sejak pagi hari ini seiring beredar kabar kelanjutan penawaran pembelian sebagian saham oleh PT Bank Mandiri Tbk. (Persero) yang berkode BMRI.
Baca: Genjot Pertumbuhan, StanChart Akan Lepas Saham Bank Permata
Pada pagi hari ini sudah beredar kabar bahwa Bank Mandiri akan melakukan penawaran pembelian saham Bank Permata dengan harga antara Rp 1.115 hingga Rp 1.200 per lembar saham. Munculnya kabar ini segera menjadi sentimen positif bagi saham BNLI.
Hingga saat berita ini ditulis, harga saham BNLI berada di level Rp 970 per lembar saham. Angka itu naik 65 poin atau 7,18 persen ketimbang saat penutupan perdagangan kemarin di level Rp 905 per lembar saham.
Salah satu sumber menyebutkan BMRI bersama Morgan Stanley baru saja menuntaskan penjajakan tentang potensi akuisisi atas BNLI. BMRI akan menjadi pemegang saham pengendali atas BNLI, sekaligus menggabungkannya (merger) dengan BMRI sendiri atau dengan anak usaha BMRI yang lain, yakni PT Bank Mandiri Taspen (Bank Mantap).
Sumber lain mengatakan, BMRI telah memulai pembicaraan formal untuk mengakuisisi BNLI di kisaran harga Rp 1.115 per lembar saham. Angka tersebut mencerminkan nilai PBB 1,4/1,5 kali.
Berdasarkan data terakhir per 28 Februari 2019, jumlah saham Bank Permata yang dikuasai oleh Standard Chartered Bank adalah sebanyak 12,49 miliar saham, yang mencapai 44,56 persen dari total saham yang beredar. Sebanyak 44,56 persen saham lainnya saat ini dikuasai oleh PT Astra International Tbk., sedangkan 10,88 persen sisa sahamnya dimiliki oleh publik dengan porsi kepemilikan kurang dari 5 persen.
Mengacu kepada harga penawaran tersebut, apabila Bank Mandiri ingin mengakuisisi saham Bank Permata yang dikuasai oleh Standard Chartered, menyusul rencana divestasi yang diumumkan sebelumnya, maka dana yang harus disiapkan untuk melakukan aksi korporasi tersebut adalah Rp 13,93 triliun - Rp 14,99 triliun.
Terkait hal ini, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo dan Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas belum merespons ketika diminta konfirmasi. Namun dalam kesempatan sebelumnya, Kartika mengatakan bahwa pihaknya memiliki kelebihan permodalan sekitar Rp 30 triliun.
Kelebihan permodalan itu dapat dialokasikan untuk membiayai rencana ekspansi anorganik, termasuk mengakuisisi bank berskala menengah hingga besar. Tiko, demikian dia akrab disapa, mengatakan bahwa bank yang akan diakuisisi harus memiliki aset yang memadai serta memberikan nilai tambah terhadap peningkatan kinerja perseroan serta kepada pemegang saham.
Tiko menyebutkan, pihaknya akan terus memperhatikan dengan catatan selama ada tensi akuisisi dan ukurannya memadai. "Kami akan lihat. Nanti tergantung dari harga, sinergi bisnis. Prosesnya akan dilihat secara transparan,” ujarnya. Ia pun berharap proses negosiasi harga dapat berjalan lancar sehingga prosesnya dapat dirampungkan pada tahun ini.
Terkait hal ini, Otoritas Jasa Keuangan atau OJK menyatakan masih belum mendapatkan laporan tentang calon pembeli Bank Permata tersebut. "Belum (ada informasi tentang calon pembelinya], belum ada keterbukannya," kata Hoesen, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, di Bursa Efek Indonesia, Selasa, 26 Maret 2019.
Baca: Permata Luncurkan Layanan Melalui Smartphone
Hoesen mengatakan, sejauh ini juga belum ada pembicaraan dari pihak Bank Permata tentang pihak-pihak yang akan mengambil alih saham perseroan. Namun, Hoesen menegaskan bahwa bila rencana transaksi tersebut direalisasikan, BNLI wajib melakukan tender offer.
BISNIS