TEMPO.CO, Jakarta - Dewan pakar Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Dradjad Wibowo, menjelaskan peluang pembelian kembali alias buyback Indosat.
Baca juga: Buyback Indosat, Tanri Abeng: Industri Telekomunikasi Kian Lesu
"Peluangnya ada. Pertama, kinerja keuangan dan harga saham Indosat belum sesuai harapan," ujar dia melalui pesan singkat kepada Tempo, Sabtu, 23 Maret 2019.
Dengan kondisi tersebut, Dradjad mengatakan bisa saja pihak Qatar, yakni Ooredoo Asia atau Qtel, sebagai pemegang 65 persen saham Indosat ingin cut loss atau risk sharing. Di samping itu, ia mengatakan negara bisa melakukan barter di bidang lain sesuai dengan kepentingan nasional Indonesia dan kepentingan komersial Ooredoo Asia.
Selanjutnya, menurut Dradjad, dalam aksi koorporasi, seringkali faktor non-korporasi berperan penting. Faktor itu misalnya saja hubungan baik negara, kepentingan strategis, dan faktor lainnya. "Qatar sekarang sedang diisolasi oleh negara-negara Teluk lainnya. Ini peluang strategis yang bisa dimanfaatkan Indonesia," kata Dradjad.
Sebelumnya, calon wakil presiden 02, Sandiaga Uno berujar buyback itu menjadi salah satu langkah menopang rencana program single identification number (SIN) lewat kartu Kartu Tanda Penduduk elektronik.
Untuk mewujudkan program itu, kata Sandiaga, Indonesia harus menguasai data terlebih dulu. "Sebetulnya ide Pak Jokowi untuk mem-buyback Indosat itu bagus. Di bawah Prabowo Sandi akan kami usahakan," kata Sandiaga di Jakarta, Rabu, 20 Maret 2019.
Janji buyback Indosat ini memang pernah disampaikan Presiden Joko Widodo pada 2014. Jokowi mengatakan Indosat dijual semasa Indonesia belum pulih benar dari krisis di era Presiden Megawati Soekarnoputri.
Sandiaga mengatakan dia dan Prabowo siap melanjutkan janji Jokowi itu. Dia mengklaim buyback Indosat dapat memudahkan kolaborasi antara pemerintah Indonesia dan dunia usaha terkait program SIN.
"Menurut saya belum diseriusin aja. Insya Allah akan kami lanjutkan," kata Sandiaga ihwal hambatan buyback Indosat selama ini.
Adapun Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara belum memberi sinyal bahwa pemerintah akan membeli kembali perusahaan telekomunikasi Indosat. "Kalau saya sih melihat dari sisi bisnis saja, kalau orang mau menjual, apakah mau jual rugi? Selain itu, yang beli apa mau kalau kemahalan? Kan repot kalau kemahalan," ujar dia di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis, 21 Maret 2019.
Rudiantara mengatakan buyback tak lain adalah proses jual beli. Artinya, hal utama yang mesti dipastikan apakah pemilik Indosat saat ini mau menjual kembali sahamnya dan berapa harganya. Menurut dia, saat ini harga saham perusahaan telekomunikasi itu sedang turun. Artinya harga beli saat itu dan harga jual saat ini jauh berbeda. "Apa mau menjual rugi?"
Apabila sang pemilik tak mau mengalami kerugian, maka harga buyback Indosat bakal mahal. Kalau harga itu tinggi, Rudiantara mempertanyakan siapa yang mau menebus saham tersebut. "Apakah pemerintah mau membeli kalau kemahalan?"
BUDIARTI UTAMI