TEMPO.CO, Jakarta - Informasi dari sumber terkait membuka fakta terbaru sebelum pesawat Boeing 737 Max 8 milik Ethiopian Airlines jatuh di daratan dekat Addis Ababa, Ethiopia, pada Ahad dua pekan lalu.
Baca: Boeing Rombak Manajemen Imbas Jatuhnya Ethiopian Airlines
Pesawat Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan ET 302 dengan rute Addis Ababa, Ethiopia menuju Nairobi, Kenya, diketahui dikendalikan oleh kapten pilot yang tak pernah menjalani pelatihan simulator pesawat Boeing 737 Max 8. Hal itu disampaikan oleh sumber terkait yang mengetahui operasional Ethiopian Airlines, sebagaimana diberitakan The New York Times.
Padahal keberadaan simulator sangat penting untuk menimalisir masalah penerbangan, terutama terkait dengan kecakapan pilot mengudara. Ethiopian Airlines juga selama ini dikenal mengungguli banyak maskapai penerbangan dengan menjadi salah satu yang pertama memasang simulator untuk mengajarkan pilotnya bagaimana menerbangkan pesawat Boeing 737 Max 8.
Sumber tersebut mengatakan bahwa Ethiopian Airlines telah menjalankan simulator Max 8 pada Januari 2019. Artinya, dua bulan sebelum penerbangan ET 302 jatuh. Adapun sumber tersebut hingga kini identitasnya dirahasiakan karena pihak Ethiopian Airlines tidak mengizinkan informasi ini terungkap.
Produsen pesawat model ini, Boeing Co., telah mengutarakan bahwa pilot yang berpengalaman menerbangkan jenis 737 membutuhkan pelatihan untuk model Max 8. Pernyataannya itu kini tengah diperiksakan oleh pihak otoritas regulator.
Menurut seorang sumber, pilot Ethiopian Airlines ET 302, Yared Getachew, yang memiliki 8.000 jam pengalaman terbang termasuk untuk Boeing 737, menjalani pelatihan penyegaran pada simulator yang berbeda pada akhir September dan awal Oktober 2018. Getachew tidak dijadwalkan menjalani pelatihan simulator lebih lanjut hingga kecelakaan yang merenggut nyawanya terjadi pada 10 Maret.
Namun tidak diketahui dengan pasti apakah co-pilot ET 302, yang mendampingi Getachew saat itu, telah menjalani pelatihan simulator Max 8. Tidak jelas pula apakah Ethiopian Airlines menggunakan simulator itu untuk pelatihan penyegaran yang harus dijalani pilot setiap enam bulan, atau hanya digunakan untuk melatih pilot-pilot baru.
Seperti diketahui, kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines nomor penerbangan ET 302 terjadi hanya berselang sekitar lima bulan setelah pesawat Lion Air dengan tipe sama jatuh di perairan Laut Jawa, Indonesia, pada 29 Oktober 2018. Seperti ET 302, pesawat Lion Air JT 610 jatuh tak lama setelah lepas landas dan menewaskan seluruh penumpang dan kru pesawat.
Badan investigasi kecelakaan udara Prancis, BEA, pada Selasa yang lalu, 19 Maret 2019, mengatakan, rekaman data penerbangan dalam kecelakaan Ethiopian Airlines pertengahan Maret ini yang menewaskan 157 orang menunjukkan kesamaan yang jelas dengan bencana Lion Air.
Terlepas dari pernyataan Boeing mengenai keamanan pesawat 737 Max, dua kecelakaan itu telah menimbulkan pertanyaan tentang apakah Boeing dan regulator penerbangan Amerika, Federal Aviation Administration (FAA), memberi pelatihan yang cukup kepada pilot. Pelatihan itu terutama tentang bagaimana menangani fitur-fitur baru Max 8, khususnya sistem otomatis untuk mencegah keadaan stall.
Boeing mengatakan bahwa pilot-pilot yang telah menerbangkan model-model sebelumnya tidak memerlukan pelatihan simulator tambahan, bahkan setelah kecelakaan pesawat Lion Air terjadi pada Oktober. Hal ini pun disetujui oleh FAA.
Baca: KNKT Jelaskan Perbedaan Insiden Ethiopian Airlines dan Lion Air
Banyak pilot mempelajari fitur-fitur baru Boeing Max di iPad, dan banyak yang awalnya tidak diberitahu tentang keberadaan sistem otomatis, yang dapat mendorong hidung pesawat ke bawah jika mendekati keadaan stall. Kedua pesawat Ethiopian Airlines dan Lion Air itu diketahui jatuh hanya beberapa menit setelah lepas landas dan menunjukkan osilasi naik-turun yang sama sebelum menukik tajam.
BISNIS