TEMPO.CO, Jakarta - Data yang dilaporkan oleh sembilan bank skala besar dan menengah dalam 5 tahun terakhir menunjukkan, hanya dua bank BUMN yang masih merekrut karyawan baru. Sebagian besar bank justru berada dalam tren penurunan sejak 2016.
Simak: Bank Mandiri Incar Pendanaan Kredit Proyek Jalan Tol Solo - Ngawi
Seperti dikutip Bisnis.com, Rabu 20 Maret 2019, ternyata hanya dua bank pelat merah, yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih konsisten menambah jumlah karyawannya dalam tiga tahun terakhir.
Bahkan, jumlah karyawan bank besar seperti PT Bank Central Asia Tbk. juga mulai turun sejak 2017 setelah terus meningkat dalam 3 tahun sebelumnya. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. pun dalam kondisi yang sama.
Rico Usthania Frans, Direktur Teknologi Informasi dan Operasi Bank Mandiri, mengakui bahwa 50 persen posisi kerja karyawan perbankan yang ada saat ini akan hilang dalam waktu 10 tahun mendatang. “Ini perlu dipikirkan bersama. Kita butuh relokasi sumber daya manusia.”
Adapun Endang Hidayatullah, Direktur Kepatuhan Bank Negara Indonesia (BNI), menuturkan bahwa kebutuhan pegawai akan terus berubah seiring dengan perkembangan teknologi digital. “Arah kami adalah tetap mengoptimalkan pegawai yang ada dengan sistem alih fungsi, misalnya dulu teller, sekarang jadi sales,” ujar dia.
Endang menambahkan, komposisi alih fungsi tugas tersebut mencapai 60 persen dari total karyawan. Jumlah tersebut merupakan pekerjaan rutin dan kini sudah digantikan oleh teknologi.
Rino Donosepoetro, CEO Standard Chartered Bank Indonesia, mengatakan bahwa pengurangan jumlah karyawan itu adalah dampak dari transformasi menuju pemasaran dalam jaringan. Namun, penurunan jumlah karyawan bukan berarti perusahaan memberhentikan tenaga kerja. “Lebih karena staf kami yang pindah ke bank lain atau industri dan juga karena promosi kami di internal,” kata Rino.
Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira, menjelaskan bahwa penurunan jumlah pegawai akan menimpa bank dengan modal inti Rp5 triliun hingga lebih dari Rp30 triliun karena memiliki modal besar untuk melakukan digitalisasi bisnis.
Baca: OJK Tutup 10 Perusahaan Investasi Bodong, Ini Daftarnya
“Teknologi dalam jangka panjang itu lebih murah dibandingkan dengan membuka kantor cabang bank baru yang harus diisi oleh karyawan,” kata Bhima.