TEMPO.CO, Jakarta —Data yang dilaporkan sembilan bank skala menengah dan besar menunjukkan bahwa di era disrupsi teknologi, telah terjadi penyusutan jumlah karyawan perbankan. Sepanjang periode laporan, jumlah karyawan sebagian besar bank berada dalam tren penurunan sejak 2016.
Baca: OJK Tutup 10 Perusahaan Investasi Bodong, Ini Daftarnya
PT Bank Danamon Indonesia Tbk. tercatat menjadi bank yang paling banyak memotong jumlah karyawannya. Sejak 2014—2018, bank yang akan melebur dengan Mitsubishi UFJ Financial Group ini telah mengurangi 10.177 karyawan.
Ketua Umum Serikat Kerja Bank Danamon Abdoel Moedjib mengatakan bahwa hal itu mutlak terjadi dan merupakan bagian dari implementasi teknologi. “Hampir semua bagian terkena dampak, mulai dari front office hingga back office. Analis kredit ini dulu bisa butuh sampai 12 orang satu cabang, sekarang dua sampai tiga orang saja,”kata dia seperti dikutip Bisnis.com, Rabu 20 Maret 2019.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. pun dalam kondisi yang sama. Endang Hidayatullah, Direktur Kepatuhan Bank Negara Indonesia (BNI), menuturkan bahwa kebutuhan pegawai akan terus berubah seiring dengan perkembangan teknologi digital. “Arah kami adalah tetap mengoptimalkan pegawai yang ada dengan sistem alih fungsi, misalnya dulu teller, sekarang jadi sales,” ujar dia.
Namun, pengurangan pegawai tidak secara langsung membuat beban tenaga kerja berkurang. Jumlah karyawan BNI turun 2,1 persen pada tahun lalu, tetapi beban tenaga kerja justru naik 9,7 persen.
Direktur Keuagan BNI Anggoro Eko Cahyo menjelaskan bahwa ada pergeseran alokasi belanja pegawai. “Karena biaya pengembangan SDM untuk setiap strata pegawai naik melalui pendidikan dan pelatihan,” kata dia.
Simak: Bank Mandiri Incar Pendanaan Kredit Proyek Jalan Tol Solo - Ngawi
Menurut Anggoro, biaya ini merupakan investasi yang bernilai positif. Dia yakin pembekalan tersebut akan memberi manfaat bagi SDM perusahaan pada masa mendatang.
Bhima Yudhistira, Ekonom Institute For Development of Economics and Finance, menjelaskan bahwa penurunan jumlah pegawai akan menimpa perbankan dengan modal inti Rp5 triliun hingga lebih dari Rp30 triliun karena memiliki modal besar untuk melakukan digitalisasi bisnis. “Teknologi dalam jangka panjang itu lebih murah dibandingkan dengan membuka kantor cabang baru yang harus diisi oleh karyawan,” ucap dia.
BISNIS.COM