TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia menodorong perbankan untuk mempercepat proses migrasi kartu ATM/debit yang masih menggunakan pita magnetik menjadi berbasis chip. Hal ini semakin mendesak karena ancaman pembobolan rekening nasabah, khususnya melalui metode skimming atau penyadapan data nasabah dengan pemasangan alat skimmer di slot kartu mesin anjungan tunai mandiri (ATM) masih marak.
Baca: Kerabat Prabowo Diduga Bobol ATM, Bagaimana Proyeksi Saham BCA?
“Untuk meningkatkan pengamanan maka perbankan diharapkan dapat mempercepat proses pengalihan dari sistem magnetic stripe ke chip based," ujar Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Filianingsih Hendarta, kepada Tempo, Senin 18 Maret 2019.
Perbankan pun menindaklanjuti imbauan percepatan proses migrasi tersebut demi keamanan dan kenyamanan nasabah dalam bertransaksi. Direktur Consumer Banking PT CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan mengatakan, saat ini hampir 75 persen kartu ATM/debit yang dimiliki sudah berbasis chip. “Kami sepakat bahwa harus secepat mungkin full chip demi meminimalisasi fraud di ATM maupun saat berbelanja,” katanya.
Hingga akhir tahun ini, CIMB Niaga menargetkan seluruh kartu yang beredar sudah menggunakan chip. Artinya ini lebih cepat dua tahun dari ketentuan yang diberikan bank sentral. “Ini dimungkinkan karena karena untuk kartu yang baru sudah full chip.”
Senior Vice President (SVP) Consumer Deposit Group PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Muhammad Gumilang menuturkan perseroan juga turut mengebut proses migrasi kartu, dan menargetkan sebanyak 50 persen kartu di akhir tahun ini sudah memenuhi ketentuan menggunakan chip. “Target ini naik dari sebelumnya 30 persen di 2018, dan kami optimistis sebanyak 50 persen ini dapat kami penuhi di November 2019,” ucapnya. Adapun hingga Februari lalu, sebanyak 35,2 persen kartu ATM/debit Mandiri sudah menggunakan chip.
Khusus untuk mengantisipasi aksi skimming, Gumilang melanjutkan Bank Mandiri juga aktif melakukan tindakan preventif dan deteksi dini untuk menurunkan risiko kebobolan rekening nasabah. “Kami terus melakukan monitoring di lokasi yang traffic transaksinya tinggi, selain itu kami juga telah melakukan mekanisme penggantian PIN kartu berkala agar keamanan transaksi nasabah tetap terjaga,” kata dia,.
Direktur Teknologi Informasi dan Operasional PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Dadang Setiabudi menambahkan untuk mencegah skimming, perseroan tengah berupaya mengembangkan sistem untuk membantu pengamanan transaksi nasabah. “Misalnya dengan melakukan reminder atau pengingat penggantian rutin PIN ATM di mesin ATM, hingga menyediakan pilihan aktivasi transaksi ATM di luar negeri,” ujarnya.
Baca: Solusi Defisit BPJS oleh BPN Prabowo Disebut Gali Tutup Lubang
Adapun tindak kejahatan skimming yang baru terungkap oleh Kepolisian Daerah Metro Jaya adalah pembobolan rekening PT Bank Central Asia Tbk yang diduga dilakukan oleh Ramyadjie Priambodo. “Kami perlu sampaikan bahwa nilai kerugian BCA sebesar Rp 300 juta,” seperti dikuti dari pernyataan tertulis BCA, kepada Tempo.
Sementara itu, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Slamet Edy Purnomo menuturkan lembaganya turut memantau setiap kasus skimming atau pembobolan rekening yang terjadi. “Perbankan wajib lapor kepada kami jika terkena skimming,” katanya, kepada Tempo.