TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi kesal karena Indonesia masih mengalami defisit neraca perdagangan. Saat membuka rapat kerja nasional Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) kemarin, Jokowi malah sempat mewacanakan membuat Kementerian Investasi dan Ekspor agar bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi di masa mendatang.
Baca: Ingin Bertemu Jokowi, Rizal Ramli Mau Minta Kartu Kaya
"Tahu kesalahan kita, tahu kekurangan kita, rupiahnya berapa defisit kita tahu, kok enggak kita selesaikan? Bodoh banget kita kalau seperti itu," kata Jokowi di Nusantara Hall, Indonesia Convention Exhibition (ICE) Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten, , Selasa, 12 Maret 2019.
Pernyataan Jokowi menanggapi nilai defisit neraca perdagangan pada tahun 2018 yang menjadi terbesar sejak tahun 1975. Adapun nilai defisit neraca perdagangan tahun 2018 mencapai US$ 8,57 miliar.
Sebelum di acara BKPM, Jokowi lebih dulu hadir di acara rapat kerja nasional Kementerian Perdagangan yang dihadiri Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Di hadapan Jokowi, Enggartiasto mengakui hal tersebut. "Kami sadar Presiden mungkin akan menegur kami bahwa indonesia tercatat mengalami defisit neraca dagang sebesar US$ 8,6 miliar (2018)" kata dia.
Enggartiasto menjelaskan, komponen impor yang lebih tinggi dari ekspor sepanjang 2018 didominasi oleh bahan baku dan barang modal. Jumlahnya meliputi 90 persen dari keseluruhan impor. "Baik itu impor buldozer, mesin derek, baja dan alumunium, meningkat sangat signifikan," ujarnya.
Impor bahan baku dan modal ini, kata Enggartiasto, meningkat masing-masing 22 persen dan 20 persen. Tapi itu semua dilakukan untuk menunjang pembangunan sektor infrastruktur dan konstruksi. Walau demikian, ekspor Indonesia tetap tumbuh positif 6,7 persen di tahun 2018.
Demi menggenjot kinerja ekspor agar lebih tinggi, Enggartiasto menyebut kementeriannya sudah menyelesaikan beberapa perjanjian perdagangan dengan Cile dan Australia. Lalu secara khusus sesuai dengan perintah Jokowi yaitu dengan Palestina. "Kami mendukung Palestina dalam segala hal, sekarang kurma dari Palestina sudah mulai bisa temui di pasar kita," ujarnya.
Baca: KIP Kuliah Diprioritaskan untuk Berkuliah di Dalam Negeri
Terakhir, yaitu diversifikasi negara tujuan ekspor. Beberapa tahun terakhir, ekspor Indonesia ke negara tujuan tradisional seperti Cina dan Amerika memang tengah melambat terkena imbas perang dagang Jadi di tahun 2018, Enggartiasto menyebut negara di Afrika seperti Mozambik dan Maroko menjadi kelompok negara diprioritaskan. "Kami akan selesaikan negosiasinya," katanya.
Simak berita lainnya terkait Jokowi di Tempo.co.