TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berharap industri furnitur dapat berperan lebih besar dalam perekonomian nasional terutama ekspor. Karena itu, dia yakin nilai ekspor furnitur bisa tembus US$ 5 miliar pada lima tahun mendatang.
Baca juga: Penjualan Furnitur di Ifex 2019 Ditargetkan USD 300 Juta
"Iya pada 2024 bisa tercapai," kata Airlangga di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, 11 Maret 2019. "Dengan target peningkatan ekspor sebesar US$ 5 miliar".
Baca Juga:
Menurut dia, kinerja ekspor industri furnitur Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tren positif. Pada 2016 nilai ekspor sebesar US$ 1,60 miliar. Pada 2017 mengalami sedikit kenaikan dengan nilai ekspor sebesar US$ 1,63 miliar.
Pada 2018 nilai ekspor industri furnitur kembali mengalami kenaikan sebesar US $ 1,69 atau naik sebesar 4 persen dibandingkan 2017. "Jadi ini juga harus didorong lagi, baik di Jawa Tengah seperti Cirebon, maupun tempat lain perlu ditingkatkan lagi," ujar dia.
Kinerja ekspor furnitur Indonesia tersebut, kata Airlangga, masih relatif kecil dibandingkan dengan nilai perdagangan furnitur dunia yang terus meningkat. Karena itu, kata dia, Indonesia harus terus berupaya mengejar ketertinggalan tersebut dengan memperbaiki kinerja industri furnitur Indonesia tersebut.
Untuk itu, kata dia, Kemenperin mengajak seluruh stakeholders, seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Keuangan, serta para pelaku industri furnitur Indonesia baik hulu maupun hilir untuk dapat bersinergi meningkatkan kinerja ekspor furnitur Indonesia.
"Kami menyadari banyak permasalahan yang dihadapi untuk mencapai tujuan tersebut, seperti belum adanya sistem logistik dan rantai pasok bahan baku yang terkelola baik, permasalahan di bidang teknologi, ketersediaan SDM yang terampil, pengembangan desain, akses pasar, sistem pengupahan, dan berbagai permasalahan lainnya. Untuk itu kita perlu bersinergi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang kita hadapi tersebut," ujarnya.
Dia mengatakan pemerintah terus berupaya untuk memberikan iklim usaha yang semakin kondusif dan mendorong perkembangan industri furnitur melalui beberapa upaya, salah satunya kebijakan investasi. Kebijakan investasi itu, kata Airlangga, dengan mengusulkan industri furnitur pada kelompok industri yang mendapatkan insentif tax allowance dan mengusulkan industri pendukung industri furnitur untuk mendapatkan insentif tax allowance.
Kedua, kata dia, kebijakan untuk mendorong daya saing dengan mengusulkan insentif super tax deduction untuk mendorong pengembangan SDM vokasi dan inovasi teknologi. Ketiga, kebijakan untuk menjamin ketersediaan bahan baku berupa larangan ekspor bahan baku log/kayu dan rotan asalan.
Upaya keempat, kata Airlangga yaitu kebijakan lainnya, seperti pengembangan desain melalui Market Intelligence, untuk mempermudah atau memperlancar akses ke bahan baku, akan dikembangkan sistem Tata Kelola Logistik Bahan Baku Kayu dan Rotan. Juga telah dibangun Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu di Kendal untuk meningkatkan penyediaan SDM yang terampil dan entrepreneur baru. Dan juga, kata dia, juga dengan mengadakan fasilitasi pembiayaan ekspor melalui LPEI dan lainnya.