TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar (kurs) Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan ini masih melanjutkan tren melemah yang terjadi dalam sepekan terakhir. Rupiah Senin pagi bergerak melemah tipis satu poin menjadi Rp14.315 per US$ dibanding posisi sebelumnya Rp14.314 per US$.
BACA: Empat Hari Berturut turut Rupiah Melemah
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan pelemahan Rupiah ini dipicu keputusan Bank Sentral Uni Eropa (ECB) yang mensinyalkan adanya stimulus baru dan pemangkasan pertumbuhan ekonomi untuk Uni Eropa. Selain itu juga dampak pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi Cina dari 6,5 persen menjadi 6 persen untuk tahun 2019. "Kedua hal ini dikhawatirkan membuat ekonomi global melambat. Ketidakpastian membuat permintaan dolar AS meningkat," ujar Lana di Jakarta, Senin 11 Maret 2019.
Semestinya, dari faktor domestik, kenaikan cadangan devisa pada Februari 2019 lalu dapat menjadi sentimen positif bagi Rupiah. Seperti diketahui, posisi cadangan devisa (cadev) per Februari 2019 tercatat sebesar US$123,3 miliar, naik dari US$ 120,1 miliar pada Januari 2019. Kenaikan ini antara lain karena penerbitan obligasi sukuk global senilai US$2 miliar pada 2 Februari 2019, serta penerimaan devisa migas.
Kendati demikian, Lana menilai ada potensi penguatan Rupiah secara teknikal menuju kisaran antara Rp14.250 hingga Rp14.300 per US$. Hingga pukul 9.40 WIB, nilai tukar Rupiah masih melemah 5 poin menjadi Rp14.319 per US$ dibanding posisi sebelumnya Rp14.314 per US$