TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah kalangan menilai pengoperasian jalan tol Trans Sumatera bakal menggairahkan industrialisasi berbasis sumber daya alam di Pulau Sumatera. Industrialisasi menjadi kunci agar perekonomian di kawasan sekitarnya tumbuh lebih tinggi dan berkelanjutan.
"Dengan diresmikannya Ruas Tol Bakauheni-Terbanggi Besar ini, akan membawa dampak positif terutama terhadap mobilitas masyarakat di wilayah Pulau Sumatra,” kata Direktur Utama PT Hutama Karya (Persero), Bintang Perbowo, dalam siaran pers.
Simak: Menteri Rini Dorong Rest Area Jalan Tol Trans Sumatera untuk UMKM
Bintang menjelaskan, hingga akhir 2019, sebanyak lima ruas jalan tol Trans Sumatera siap digunakan, menyusul ruas Palembang - Indralaya (22 kilometer) yang sudah beroperasi sejak tahun lalu. Ruas tol Bakauheni - Terbanggi Besar bakal memperlancar arus barang dan jasa karena waktu tempuh lebih singkat. Hingga akhir 2019, sebanyak empat ruas lain bakal rampung dan beroperasi, yaitu Medan - Binjai (17 kilometer), Pekabaru - Dumai (131 kilometerr), Terbanggi Besar - Pematang Panggang (100 kilometer), dan Pematang Panggang - Kayu Agung (85 kilometer).
Berdasarkan Perpres No.117 Tahun 2015, Hutama Karya mendapat penugasan untuk menggarap 24 ruas Trans Sumatera, yang mana delapan ruas diharapkan rampung tahun ini. Direktur Keuangan PT Hutama Karya (Persero), Anis Anjayani menambahkan, ada dua ruas yang belum memulai konstruksi, yaitu Palembang - Tanjung Api Api dan Kuala Tanjung - Tebing Tinggi - Parapat. "Yang dikerjakan lebih dahulu Kuala Tanjung - Tebing - Tinggi Parapat," jelas Anis kepada Bisnis, Jumat 8 Maret 2019.
Keberadaan jalan tol Trans Sumatera dinilai bakal menopang industrialisasi di Sumatera, sebuah transformasi yang harus dilakukan untuk memutus ketergantungan terhadap ekspor komoditas. Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri, Dendi Ramdani mengatakan fluktuasi harga komoditas membuat perekonomian Sumatera labil. Dia mengimbuhkan, sejak 2014 pertumbuhan ekonomi Sumatra selalu lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan nasional. Bahkan, sumbangsih ekonomi Sumatra juga terus lungsur ke level 21,58% pada 2018 lalu dari posisi 2014 sebesar 23,16%.
"Kuncinya industrialisasi, dan itu butuh infrastruktur seperti jalan tol dan pelabuhan. Dalam jangka panjang, ini akan menjadi sentra pertumbuhan dan harapannya memang ada aglomerasi industri di wilayah itu," jelas Dendi.
Saat ini sedikitnya ada tiga kawasan ekonomi khusus yang sudah beroperasi seluas 6.958 hektare. Ketiga KEK itu yakni KEK Arun, KEK Sei Mangkei, dan KEK Galang Batang, dan KEK Tanjung Api Api. Selain itu, Dewan KEK mencatat, ada sepuluh KEK lain yang diusulkan di Sumatera seluas 7.415 hektare.
Dendi mengingatkan, proyek jalan tol maupun industrialisasi merupakan proyek jangka panjang. Dia menyebut, pembangunan jalan tol merupakan satu aspek yang perlu didukung pembangunan di sektor lainnya, seperti penyediaan energi, air, dan pelabuhan. Walhasil, megaproyek tol Trans Sumatera baru akan menuai hasilnya dalam waktu 15-20 tahun dari sekarang.
BISNIS.COM