TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan kegiatan ekonomi beserta nilai properti di kawasan stasiun moda raya terpadu atau MRT melonjak setelah kereta cepat itu beroperasi. Menurut Sri Mulyani, keuntungan ini telah disadari oleh sejumlah perusahaan yang berlokasi di sekitar stasiun.
Baca: MRT Jakarta Siapkan 16 Gerai UMKM di Lima Stasiun Strategis
"Perusahaan-perusahaan swasta sudah meminta supaya stasiun MRT itu diberi nama perusahaannya. Itu berarti menimbulkan penerimaan," kata Sri Mulyani seusai meninjau proyek MRT di Stasiun MRT Senayan, Jakarta, Rabu sore, 6 Maret 2019.
Sri Mulyani mengatakan Kementerian Keuangan memang belum menghitung nilai tambah properti setelah proyek MRT fase I kelar. Namun, setelah kereta itu beroperasi, ia memastikan akan meminta pihak Kementerian bersama PT Mass Rapid Transit bersama-sama menghitung taksiran dampak ekonomi yang dihasilkan.
MRT fase I rute Bunderan Hotel Indonesia - Lebak Bulus akan mulai diujicobakan untuk umum pada 12 Maret nanti. Kereta modern dengan kecepatan tinggi ini bakal menghubungkan kedua lokasi yang berjarak 16 kilometer dengan waktu tempuh 30 menit.
Di jalur fase I, kereta MRT akan melewati 13 stasiun. Sri Mulyani mengatakan di masing-masing stasiun akan ada properti bisnis yang sudah mulai disewa oleh perusahaan-perusahaan. "PT MRT nanti akan mulai menghitung dampak ekonominya. Kita lihat berapa dampak ekonomi infrastrukturnya," ucapnya.
Direktur PT MRT William P Sabandar mengatakan saat ini pengerjaan stasiun bawah tanah, stasiun layang, dan depo MRT sudah 99 persen rampung. "Satu persen sisanya ya persiapan yang ringan-ringan," ujarnya saat ditemui di tempat yang sama.
Baca: Pembangunan MRT Jakarta Fase II Dimulai Maret 2019
Proyek senilai Rp 16 triliun yang pembiayaannya berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta daerah ini akan memiliki 16 rangkaian kereta. Masing-masing rangkaian memiliki enam gerbong. Adapun sekali jalan, MRT bakal menampung 1.200 hingga 1.800 penumpang.