TEMPO.CO, Jakarta – Komisi Pengawas Persaingan Usaha atau KPPU telah mendengar desas-desus akuisisi AirAsia terhadap Citilink Indonesia. Rencana ini dikabarkan sudah berdengung sejak beberapa waktu lalu.
BACA: Garuda Tolak Akuisisi Citilink oleh AirAsia, Tumbuhkan Duopoli?
Namun, KPPU memandang rencana itu baru sebatas niat lantaran belum ada pemberitahuan resmi. Komisioner KPPU Afif Hasbullah mengatakan Komisinya sampai saat ini belum menerima konsultasi resmi dari pihak AirAsia untuk mencaplok Citilink.
“Saat ini, secara formal, kok juga belum ada (informasi) ke KPPU,” tutur Afif dalam pesan pendeknya kepada Tempo, Rabu, 6 Maret 2019. Afif mengatakan KPPU berwenang menerima notifikasi akuisisi maupun merger para pelaku usaha.
BACA: Bos AirAsia: Duit Akuisisi Ada, Kalau Citilink Nolak Tak Masalah
Notifikasi itu nantinya akan disampaikan langsung oleh pelaku usaha kepada Komisi apabila merger telah efektif dilakukan secara yuridis dan memenuhi persyaratan. Adapun menurut ketentuan, pihak pelaku usaha yang berniat melakukan merger harus memenuhi ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2010 tentang peleburan badan usaha dan pengambil-alihan saham.
Selain berhak menerima notifikasi merger, KPPU juga berhak memberikan konsultasi kepada pelaku usaha yang berniat mengambil-alih saham mengakuisisi perusahaan tertentu. “Aktif atau tidaknya konsultasi tentu ada di pihak pelaku usaha,” ujarnya.
Kabar rencana AirAsia mencaplok Citilink terdengar pertama kali tahun lalu. Pengamat penerbangan Gerry Soejatma mengatakan niat itu tidak terpublikasi. Rencana akuisisi ini baru ramai dicuatkan oleh Direktur Utama AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan dalam sebuah konferensi bersama wartawan awal pekan ini. Pada Senin, 4 Maret kemarin, Dendy mengungkapkan ketertarikannya membeli saham Citilink.
“Kami tertarik, kalau memang dari pihak pemegang saham Citilink juga menyambut baik ya alhamdulilllah, tapi kalau enggak juga enggak apa-apa, namanya bisnis,” ucap Dendy di restoran Seribu Rasa, Jakarta.
Menurut Dendy, AirAsia melirik Citilink karena keduanya sama-sama memiliki produk maskapai berbiaya rendah atau low cost carrier airlines. Ia yakin, daya tawar jual-beli pesawat akan lebih tinggi bila kedua maskapai bergabung. Namun, Garuda Indonesia lantas menyiratkan penolakan akan rencana itu.
Direktur Utama Garuda Indonesia IGN Askhara Danadiputra berdalih kinerja Citilink Indonesia sudah cukup baik sebagai anak perusahaan maskapainya. Hingga saat ini pula, ia mengatakan belum ada pembahasan soal penjualan anak usaha.
Penolakan akuisisi ini, menurut Komisioner KPPU Afif, tak jauh-jauh dari fakta adanya dua pemain besar maskapai yang menguasai pasar Tanah Air. “Pemain terbesarnya ya saat ini cuma dua, Garuda Indonesia dan Lion Air,” ucapnya. Dalam hal persaingan usaha, Afif mengimbuhkan kondisi pasar maskapai Indonesia penuh kompetisi.
Baca berita tentang AirAsia lainnya di Tempo.co.