TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) menyebutkan bahwa tahun ini bakal ada 18 lokasi pembangunan infrastruktur jaringan gas (jargas) baru. Jaringan gas kota ini menjadi sumber energi yang murah dan menjadi alternatif dari gas Elpiji.
BACA: Pertamina dan Petronas Kerja Sama Kembangkan Bisnis Migas
"Menurut data Ditjen Migas, ada 10 lokasi pembangunan baru dan delapan lokasi yang sudah ada jaringan gasnya tetapi dikembangkan kembali, sehingga totalnya untuk tahun ini ada 18 lokasi ," kata Anggota Komite BPH Migas, Jugi Prajogio dalam konferensi pers di Kantor BPH Migas Jakarta, Selasa 5 Maret 2019.
Jugi merinci 10 lokasi pembangunan baru jargas terdapat di Kota Dumai, Kabupaten Cirebon, Karawang, Purwakarta, Lamongan, Bojonegoro, Pasuruan, Probolinggo, Kutai Kartanegara, dan Banggai. Sedangkan delapan lokasi yang sudah terdapat jargas namun dikembangkan kembali adalah Kabupaten Aceh Utara, Wajo, Mojokerto serta Kota Jambi, Depok, Bekasi, Palembang, dan Mojokerto.
Hingga kini, pembangunan jargas telah menyentuh 52 kabupaten/kota. Perinciannya, 45 wilayah direalisasikan sepanjang 2018 dan tujuh wilayah tambahan direalisasikan pada Februari 2019.
Dalam kesempatan sama, Kepala Seksi Akun Pengaturan dan Tarif BPH Migas Irawan Bayu Kusuma menyebutkan target pelanggan yang bertambah dari pembangunan jargas di 18 lokasi tersebut sebanyak 78.216 sambungan rumah tangga (SR) pada tahun ini. "Sekarang ini ada sekitar 325 ribu SR, ditambah lagi untuk 2019 kurang lebih sekitar 80-100 ribu SR jadi bisa 425 ribu,” kata dia.
Pada 2018, impor Elpiji tercatat mencapai 5 juta ton atau sekitar 60 persen dari kebutuhan nasional. Sementara yang mampu dipenuhi dari produksi dalam negeri hanya 2 juta ton. Karena itu, BPH Migas berharap adanya percepatan pembangunan infrastruktur jargas yang masif baik dari pendanaan APBN maupun partisipasi dari badan usaha untuk menambah jumlah jaringan yang ada saat ini.
ANTARA