TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) Yeka Hendra Fatika mengingatkan penurunan harga ayam hidup yang terus terjadi bisa merugikan peternak ayam dalam jangka panjang.
Baca: Harga Terlalu Murah, Peternak Ayam Berunjuk Rasa di Istana Negara
"Penurunan harga ayam hidup ini telah terjadi sejak Oktober 2018 dan patut mendapatkan perhatian dari pemerintah," kata Yeka dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Selasa, 5 Maret 2019.
Berdasarkan pantauan Petaka, harga rata-rata ayam hidup pada Februari 2019 mencapai kisaran Rp 17.300 per kilogram atau menurun dari periode Oktober 2018 sebesar Rp 19.000 per kilogram.
"Dengan demikian, terjadi penurunan harga ayam hidup rata rata setiap bulan 8,6 persen. Kondisi ini jelas merugikan peternak unggas rakyat mandiri," katanya.
Ia memperkirakan dengan penurunan harga sebesar Rp 3.000 per kilogram yang disertai dengan potensi 18 juta ekor ayam hidup dan asumsi tingkat kematian lima persen, maka kerugian peternak dapat mencapai Rp 2 triliun.
Menurut dia, kondisi ini bisa memberikan dampak lanjutan yaitu jumlah petani unggas rakyat mandiri yang makin berkurang setiap tahunnya.
Pernyataan Yeka ini diungkapkan dalam menanggapi aksi unjuk rasa para peternak hewan unggas yang kecewa lantaran harga ayam yang jauh lebih murah di pasaran.
Dalam tuntutannya, para peternak yang melaksanakan aksi di lapangan Monas itu, meminta adanya revisi UU Peternakan karena tidak adanya perlindungan usaha peternakan dalam negeri dari persaingan tidak sehat.
Aksi peternak ayam ini sempat menarik perhatian karena peserta aksi sempat melepas ayam boiler yang merepotkan para petugas.
ANTARA