TEMPO.CO, Jakarta - PT Adaro Energy Tbk (IDX: ADRO) menerbitkan laporan keuangan konsolidasi 2018 atau fiscal year 18 (FY18). Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan, sepanjang 2018, Adaro telah mencapai target operasional dan target keuangan.
Baca juga: Adaro Energy Segera Operasikan Dua Mega Proyek PLTU
Dalam laporan yang dibagikan kepada media pada Senin, 4 Maret 2019, produsen batu bara itu mampu mempertahankan kinerja keuangan yang solid di tengah tantangan pasar pada akhir 2018 lalu. "Kami berhasil mencapai target dengan terus berfokus pada keunggulan dan efisiensi operasional,” ucapnya dalam keterangan pers yang disiarkan kepada wartawan, Senin petang.
Adaro mencatat laba inti pada 2018 naik 13 persen dibandingkan 2017, sehingga nilainya menjadi US$ 728 juta. Pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA operasional juga diklaim naik 7 persen year on yeas menjadi US$ 1.408. Sedangkan marjin EBITDA operasional bertahan pada level 39 persen.
Adaro mengklaim angka laporan keuangannya tahun ini melampaui target EBITDA operasional 2018 yang ditetapkan pada kisaran US$ 1,1 – 1,3 miliar. Sementara itu, perusahan batu bara tersebut juga menyumbangkan US$ 721 juta dengan rincian pembayaran royalty sebesar US$ 378 juta dan pajak penghasilan badanUS$ 343 juta.
Baca juga: Adaro Energy Bagi-bagi Dividen USD 75 Juta
Garibaldi mengklaim perusahaannya mengalami pertumbuhan produksi. Adaro saat ini telah menyusun strategi untuk pertumbuhan bisnis perusahaan jangka panjang. Salah satunya dengan mengakuisisi Kestrel.
Upaya akuisisi terhadap Kestrel, menurut Garibaldi, bakal meningkatkan portofolio produk dan membuka peluang bagi Grup Adaro. Karena itu, pihaknya berkomitmen menciptakan nilai bagi para pemangku kepentingan dan memperkuat komitmen terhadap negara. Caranya, kata dia, melalui peningkatan kontribusi dalam bentuk royalti, pajak, serta pemberdayaan masyarakat.
Garibaldi mengimbuhkan, skema “grant match” yang digunakan Adaro dalam pemberian bantuan di bawah program CSR juga menekankan komitmen perusahaan batu bara ini menjadi korporasi yang bertanggung jawab. "Kami menyadari karakteristik pasar batu bara yang siklikal, waspada terhadap tantangan yang ada di pasar dan memperhitungkan hal-hal ini dalam menetapkan panduan 2019,” ujarnya.
Baca: Adaro dan 4 Rekan Bisnisnya Konversi Transaksi Bisnis ke Rupiah
Saat ini, posisi likuiditas Adaro melebihi US$ 1,2 miliar. Adapun rasio utang bersih terhadap ekuitas dan rasio ekuitas terhadap EBITDA operasional 12 bulan terakhir masing-masing tercatat sebesar 0,10 x dan 0,29 x.