TEMPO.CO, Jakarta - Standard Charterred Bank Indonesia atau StanChart mengumumkan hasil kinerja finansial tahun 2018. Chief Executive Officer, Standard Chartered Bank Indonesia, Rino Donosepoetro mengatakan laba bersih Standard Chartered Bank naik 371 persen atau mencapai Rp 536 miliar.
BACA: Genjot Pertumbuhan, StanChart Akan Lepas Saham Bank Permata
Menurut dia, hal itu merepresentasikan perbaikan kinerja di seluruh aspek finansial. Hal itu, kata Rino, juga didukung oleh pertumbuhan yang significan dari segmen korporat dan institusi perbankan atau institutional banking.
"Keberhasilan strategi transformasi yang kami lakukan sejak 2017 telah mendorong kemajuan-kemajuan yang signifikan dalam mengoptimalisasi potensi yang ada demi pengembangan Standard Chartered Bank Indonesia secara eksponensial," kata Rino di Raffles Hotel, Jakarta, Senin, 4 Maret 2019.
Rino mengatakan selain pencapaian kinerja finansial, Standard Chartered juga meraih pencapaian lainnya, seperti peraihan berbagai penghargaan dari industri dan peningkatan fungsi Bank. Hal itu juga sebagai bentuk dukungan program pemerintah menumbuhkan sektor ekspor dan mendukung investasi asing ke Indonesia.
BACA: Standard Chartered: Siapa Pun Presidennya Tak Pengaruhi Investor
Chief Financial Officer, Anwar Harsono mengatakan pencapaian laba bersih itu merupakan yang tertinggi sejak 2014 di tahun 2018. "Ini merupakan salah satu milestones penting dalam upaya kami mencapai aspirasi sebagai Bank Internasional terbaik di Indonesia," ujar dia.
Anwar mengatakan peningkatan penyaluran kredit atau loan book sebesar 17 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini juga didukung oleh perbaikan kualitas aset yang tercermin dan rasio Non Performing Loan atau NFL yang turun ke 2,22 persen di 2018 dan 3,90 persen di 2017.
Menurut Anwar, pendapatan dari segment corporate and institutional business meningkat sebesar 36 persen didukung oleh flow business, seperti financial markets dan transaction banking yang meliputi trade finance, cash management dan securities services, dan juga corporate loans.
Dia mengatakan bank juga terus berpartisipasi dalam mendukung perkembangan ekonomi Indonesia. "Dengan penyaluran kredit kepada UMKM berbasis ekspor yang mencapai 23 persen dari total penyaluran kredit. Jumlah ini meningkat secara signifikan dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 13 persen," kata Anwar.
Dia juga mengatakan pengelolaan manajemen likuiditas yang baik membuahkan peningkatan rasio Net Interest Margin atau NIM dari 4,26 persen menjadi 4,38 persen. Pengeluaran beban operasional Bank turun sebesar 6 persen di 2018.
"Pencapaian ini didukung oleh upaya peningkatan digitalisasi dan efisiensi proses internal menjadi simpler, better, fester," ujarnya.
Efisiensi biaya, kata Anwar, menghasilkan penurunan Cost to Income ratio (CIR) menurun ke level 65 persen dan 68 persen di tahun lalu. Posisi model dan likuiditas yang kuat dan optimal, kata dia, di atas ketentuan regulator dengan rasio kecukupan modal sebesar 16,60 persen, temasuk setelah penerapan IFRS 9/PSAK 71 di 2018.
Baca berita tentang StanChart lainnya di Tempo.co.