TEMPO.CO, Jakarta - Rapat Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan atau OJK menilai stabilitas dan likuiditas sektor jasa keuangan dalam kondisi terjaga, sejalan dengan penguatan kinerja intermediasi dan perbaikan profil risiko lembaga jasa keuangan pada bulan Januari 2019.
Baca: OJK Tutup 10 Perusahaan Investasi Bodong, Ini Daftarnya
Beberapa sentimen positif mendorong penguatan pasar keuangan global dan aliran modal ke emerging markets, termasuk Indonesia. Kebijakan the Fed diperkirakan akan semakin akomodatif, terlihat dari pernyataan-pernyataan pejabat the Fed yang cenderung dovish.
Hal ini menguatkan ekspektasi pasar bahwa the Fed belum akan meningkatkan suku bunga kebijakannya. Di samping itu, sentimen positif juga berasal dari turunnya tensi perang dagang seiring berlangsungnya perundingan dagang Amerika Serikat dan Cina. Masuknya investasi portofolio ke pasar keuangan domestik mendorong surplus Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal terakhir tahun 2018.
Sementara itu, rilis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2018 sebesar 5,17 persen yoy, tertinggi dalam lima tahun terakhir, meningkatkan keyakinan investor bahwa permintaan (demand) akan semakin solid, diikuti dengan penguatan sektor produksi ke depan.
Sejalan dengan sentimen positif itu, pada Januari nilai tukar rupiah menguat 2,9 persen mtm dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meningkat 5,5 persen mtm dengan investor nonresiden membukukan net buy sebesar Rp 13,8 triliun.
Secara sektoral, kontributor terbesar kenaikan IHSG berasal dari sektor keuangan, infrastruktur, dan barang konsumsi. Sentimen positif tersebut juga mempengaruhi relatif stabilnya yield di pasar SBN dan net buy investor nonresiden sebesar Rp 16,7 triliun.
“Pada Januari, kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan meneruskan tren pertumbuhan,” kata Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik OJK Anto Prabowo, lewat keterangan resmi, Kamis, 28 Februari 2019.