TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang Februari 2019 terjadi deflasi sebesar 0,08 persen (month-to-month/mtm), namun mengalami inflasi sebesar 2,57 persen (year-on-year/yoy). Angka ini berbalik dari capaian pada Januari 2019 yang mencatatkan inflasi sebesar 0,32 persen.
Baca juga: Harga Bahan Makanan dan Tiket Pesawat Sumbang Deflasi September
"Deflasi di Februari ini disebabkan oleh turunnya harga sejumlah bahan makanan," kata Deputi Kepala BPS Yunita Rustanti dalam konferensi pers di Gedung Pudat BPS, Jakarta Pusat, Jumat, 1 Maret 2019. Secara umum kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 1,11 persen dan memiliki kontribusi terbesar yaitu mencapai 0,24 persen.
Menurut dia, sejumlah bahan makanan tercatat mengalami penurunan harga bulan ini. Di antaranya daging ayam ras, cabe merah, telur ayam ras, cabe rawit, ikan segar, jeruk, dan bawang merah. Sementara bahan makanan yang mengalami kenaikan harga dan menyumbang inflasi (inflasi tahunan) adalah beras, mie kering instan, dan bawang putih.
Selain itu, dari total 82 persen kabupaten dan kota yang disurvei, sebanyak 69 kota mengalami deflasi dan 13 saja yang mengalami inflasi. Deflasi tertinggi tercatat terjadi di Kota Merauke, Provinsi Papua. "Deflasi di sana terjadi karena penurunan harga sayuran dan cabe," kata dia.
Menurut dia, deflasi di bulan Februari jadi capaian paling rendah dibanding periode yang sama dua tahun terakhir. Sebab pada Februari 2018 dan 2017, terjadi inflasi masing-masing sebesar 0,17 persen dan 0,23 persen. Deflasi terakhir kali terjadi pada Februari 2016 yaitu sebesar 0,09 persen.
Sementara jika dilihat secara tahunan, inflasi 2,57 persen ini masih lebih rendah dibandingkan dua tahun terakhir. Pada Februari 2018 dan 2017, inflasi tercatat lebih tinggi, yaitu masing-masing 3,18 persen dan 3,83 persen.