TEMPO.CO, Jakarta - Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta memprediksi rupiah terapresiasi terhadap dolar Amerika Serikat hari ini. Nafan memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp 14.000 hingga Rp 14.100 per dolar AS.
BACA: BI Yakin Rupiah Rp 14.000, Faisal Basri: Hanya dengan Doa
"Adapun hasil perilisan data GDP AS yang mengalami penurunan serta perkiraan dari statement Ketua The Fed Jerome Powell di New York yang cenderung lebih dovish, memberikan sentimen negatif bagi dolar AS," kata Nafan melalui aplikasi Whatsapp, Kamis, 28 Februari 2019.
Di sisi lain, kata dia, secara geopolitik, perundingan antara AS dengan Korea Utara terkait dengan denuklirisasi di kawasan Semenanjung Korea, memenuhi kebuntuan. Perundingan itu juga ada eskalasi konflik antara kedua negara adidaya nuklir di kawasan Asia, yakni India dan Pakistan merupakan sentimen negatif bagi dolar AS.
Sedangkan, menurut Nafan, untuk sentimen dari domestik adalah terkait dengan data-data inflasi yang diproyeksikan akan stabil. Juga data PMI Manufaktur yang diproyeksikan mengalami pertumbuhan akan memberikan katalis positif bagi rupiah.
"Secara teknikal, indikator Stochastic dan Williams %R pada USDIDR Daily chart sudah menunjukkan overbought atau jenuh beli sehingga potensi penguatan bagi rupiah terhadap dolar AS terbuka lebar," ujarnya.
BACA: Rupiah Lanjutkan Pelemahan, Ini Sebabnya
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat melemah kemarin. Dalam situs resmi Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR tercatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di angka Rp 14.062 pada 28 Februari 2019.
Angka tersebut menunjukkan pelemahan 58 poin dari nilai sebelumnya yang sebesar Rp 14.004 pada 27 November 2019. Sedangkan pada 28 November 2019, kurs jual US$ 1 terhadap rupiah, yaitu Rp 14.132 dan kurs beli Rp 13.992