TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) atau BRI Tbk. menargetkan penyaluran kredit usaha rakyat atau KUR dapat mencapai Rp86,9 triliun pada tahun ini. Target tersebut naik dari realisasi penyaluran KUR pada tahun lalu sebesar Rp80,2 triliun.
Simak: Suami Teller BRI Gunakan Uang Rp 2,3 Miliar untuk Judi Online
Direktur Mikro & Kecil BRI Priyastomo mengatakan, perseroan tahun ini akan menyalurkan KUR mikro dan KUR untuk tenaga kerja Indonesia atau TKI sebesar Rp74,8 triliun. Sementara itu, target penyaluran KUR ritel ditetapkan sebesar Rp12,1 triliun. Hal tersebut sejalan dengan harapan pemerintah yang seharusnya KUR banyak diserap oleh kegiatan produksi.
"Sejak awal tahun permintaan seperti biasa sudah baik, sekarang kami sedang mengatur agar tercapai 60 persen untuk produksi yang mencakup kegiatan usaha dari hulu, proses, dan hilir," katanya kepada Bisnis, seperti dilansir pada Kamis 28 Februari 2019.
Priyastomo mengemukakan, sebenarnya sejak tahun lalu perseroan sudah mencapai target pemerintah untuk menyalurkan KUR ke sektor produksi sebesar 50 persen terhadap total kredit bersubsidi yang disalurkan. Hanya saja pengelompokannya yang masih belum sesuai.
Menurutnya, sejumlah pedagang pasar yang merupakan hilir dari produksi pada perseroan dikelompokan pada KUR ritel. Alhasil, tahun lalu KUR produksi BRI hanya tercatat 40,38 persen atau tidak memenuhi ketentuan pemerintah yang mewajibkan 50 persen.
"Kalau yang hilir tadi sudah kami rapikan ke kelompok KUR produksi tentu akan bisa tercapai target. Kami memang banyak di desa sehingga tidak terlalu sulit sebenarnya," ujar Priyastomo.
Sementara itu, pada tahun ini BRI masih akan melanjutkan strategi pengembangan klaster untuk mendorong produktivitas masyarakat dalam berusaha. Bagi Proyastomo, sistem klaster terbukti mempermudah petani atau peternak dalam perkerjaannya hingga bertemu pada konsumennya.