TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengaku optimis menghadapi perekonomian di tahun politik pada 2019. Dia mengatakan optimisme tersebut juga disampaikan meski Indonesia masih mungkin terkena dampak akibat dari gejolak ketidakpastian global.
Simak: Bank Indonesia : Belum Ada Permohonan Izin Resmi dari WeChat Pay
"Pertama yang ingin saya sampaikan adalah optimis, optimis, dan optimis untuk tahun 2019," kata Perry saat menjadi pembicara dalam acara CNBC Economy Outlook 2019 di Hotel Westin, Jakarta Selatan, Kamis 28 Februari 2019.
Menurut Perry, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini berada dalam target sasaran antara 5-5,4 persen. Adapun, Perry yakin pada tahun ini titik tengah pertumbuhan yakni sebesar 5,2 persen bakal tercapai.
Perry mengakui bahwa target pertumbuhan tersebut memang lebih rendah dibandingkan dengan asumsi makro milik pemerintah dalam APBN yang mencapai angka 5,3 persen. Kendati di bawah prediksi pemerintah, Perry yakin pertumbuhan ekonomi akan tetap kuat.
Pertumbuhan tahun ini bakal ditopang oleh permintaan eksternal dari investasi dan juga konsumsi. Jika keduanya bisa tumbuh kuat, maka pertumbuhan domestic demand secara keseluruhan diperkirakan bisa tumbuh sampai 5,5 persen.
Perry menuturkan pertumbuhan ini cukup baik. Apalagi di tengah kondisi ekonomi global yang menyebabkan usaha mengenjot ekspor menjadi sulit. "Genjot ekspor susah, padahal memang kita butuh impor lebih banyak untuk dukung investasi," kata Perry.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi juga akan ditopang oleh konsumsi yang diperkirakan tumbuh 5,2 persen, dan investasi sebesar 6,7 persen. Adapun, nilai ekspor diprediksi yang masih negatif untuk tahun ini.
Adapun, mengenai dengan inflasi, Perry menjelaskan laju inflasi tahun ini akan berada di bawah titik tengah sasaran sebesar 3,5 persen seiring dengan harga yang terkendali. Sedangkan, Bank Indonesia memperkirakan nilai tukar rupiah lebih stabil pada meskipun masih berada di level Rp 14.000 per dolar AS.