TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan masalah ekspor Indonesia sangat detail dan pelik. Karena itu, pemerintah perlu bekerja sama dengan banyak kalangan, termasuk akademisi.
Simak: Sri Mulyani Respons soal Keluhan Produktivitas Tenaga Kerja Minim
Dia senang dunia akademik dari University Network for Indonesia Export Development (Unied) atau Jaringan Perguruan Tinggi untuk Pengembangan Ekspor Indonesia menjadi partner dalam memahami dan melihat secara detail persoalan-persoalan ekspor di Indonesia. "Pemerintah atau eksekutif sering sibuk dengan banyak sekali policy, regulasi, dan implementasi, tidak punya waktu jeda untuk lihat data," kata Sri Mulyani di Indonesia Eximbank Prosperity Tower, Jakarta, Rabu, 27 Februari 2019.
Hal itu dia katakan usai paparan hasil kajian dari Indonesia Eximbank Institute dan Institut Pertanian Bogor (IPB) mengenai proyeksi ekspor berdasarkan industri untuk 10 komoditas ekspor unggulan. Juga paparan analisa rantai pasok lima komoditas unggulan ekspor, yaitu palm oil/minyak sawit yang disusun oleh Universitas Sumatera Utara, kayu olahan oleh Universitas Diponegoro, pulp dan kertas oleh Universitas Airlangga, tekstil dan produk tekstil oleh Universitas Sebelas Maret, dan perikanan tuna oleh Universitas Hasanuddin.
Sri Mulyani mengatakan pemerintah atau eksekutif sering sibuk dengan banyak sekali kebijakan, regulasi, dan implementasi, tidak punya waktu jeda untuk lihat data. "Sehingga kami kerja sama dengan dunia akademik yang memang kerjaannya melototi data, mengolah dan membuat kajian yang sifatnya akademik," ujar dia.
Dia mengatakan pemerintah berharap banyak pada Unied saat peluncuran tahun lalu. Sebab, masukan dari Unied dibutuhkan pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk merespons keadaan. Contohnya, bagaimana pemerintah merespons terhadap masalah yang menjadi pusat perhatian masyarakat dan dunia usaha seperti external balance atau neraca pembayaran, di mana neraca perdagangan mengalami defisit.
Sri Mulyani mengatakan paparan akademisi itu menggambarkan kalau ekspor bisa cepat naik, itu bukan hal yang mudah. "Sekarang pertumbuhan di bawah 7 persen, dan tahun depan saya pengin bisa naik 15 persen, itu tidak semudah membalikkan tangan begitu saja," ujar Sri Mulyani.